Kamis, 2 Oktober 2025

Perang Rusia-Ukraina Hingga Pandemi Jadi Penghambat Pertumbuhan Ekonomi Global, Begini Penjelasan BI

Bank Indonesia mengungkapkan, pemulihan ekonomi global yang juga berlangsung di Indonesia, dibayangi oleh berbagai fenomena.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
ist
Gubernur BI Perry Warjiyo. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia mengungkapkan, pemulihan ekonomi global yang juga berlangsung di Indonesia, dibayangi oleh berbagai fenomena.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan, setidaknya terdapat tiga fenomena utama dalam beberapa waktu terakhir.

Pertama, normalisasi kebijakan negara maju yang mulai terindikasi dari kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Ekonomi Mulai Pulih, Reksa Dana Mirae Asset Sekuritas Bidik Rp 1,5 Triliun

Kedua, dampak luka memar pandemi (scarring effect) yang berpengaruh terhadap pemulihan ekonomi, antara lain terhadap pemulihan di sektor dunia usaha dan upaya transformasi di sektor riil untuk mendorong daya saing dan produktivitas, serta transisi ke ekonomi hijau dan keuangan yang berkelanjutan.

Dan yang ketiga, ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina yang berdampak pada pemulihan ekonomi global berupa kenaikan harga-harga komoditas global, baik energi dan pangan yang berdampak pada inflasi sejumlah negara.

"Dampak lainnya (ketegangan Rusia-Ukraina) adalah gangguan dalam mata rantai perdagangan global yang memengaruhi distribusi dan volume perdagangan serta pertumbuhan pada ekonomi global," ucap Perry dalam keterangannya dikutip, Rabu (23/3/2022).

Baca juga: Wapres Harap Pondok Pesantren Jadi Model Kebangkitan Ekonomi Umat

"Serta pada jalur keuangan dimana terjadi pembalikan arus modal ke aset yang dianggap aman (safe haven asset) sehingga dapat berdampak pada stabilitas eksternal dan nilai tukar," sambungnya.

Maka dari itu Perry menekankan pentingnya agenda prioritas finance track Presidensi G20 yang dapat berperan dalam upaya mengatasi fenomena dimaksud.

Lebih lanjut, BI meyakinkan bahwa ekonomi Indonesia akan lebih baik dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan sebesar 4,7-5,5 persen pada tahun 2022.

Pertumbuhan tersebut didukung peningkatan ekspor dan konsumsi rumah tangga. Animo positif juga datang dari investasi serta stimulus dari Pemerintah dan BI.

Baca juga: Wapres: Pesantren Berperan Majukan Ekonomi Umat di Bidang Pertanian

Bank Sentral juga terus mendorong empat solusi yang dapat meredam scarring effect.

Pertama mengatasi masalah realokasi tenaga kerja.

Kedua, realokasi modal. Ketiga meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan serta kesiapsiagaan dan pencegahan pandemi.

"Kemudian yang keempat ialah memanfaatkan teknologi untuk memperluas literasi digital dan mengatasi hambatan investasi," pungkas Perry.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved