Kamis, 2 Oktober 2025

Ekspor TMMIN Gemilang di 2021, Bakal Ekspor Mobil ke Australia?

Kinerja ekspor produk Toyota buatan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) kembali gemilang di tahun 2021.

Editor: Sanusi
ist
Ekspor mobil Toyota sendiri telah berhasil menembus pasar-pasar di kawasan Asia, Afrika, Amerika bahkan UEA. Sementara model paling diminati ialah tipe-tipe SUV seperti Toyota Fortuner, Rush dan SUV terbaru mereka Raize. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kinerja ekspor produk Toyota buatan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) kembali gemilang di tahun 2021.

Berdasarkan data TMMIN, ekspor kendaraan utuh atau Completely Built Up (CBU) tembus 188.000 unit, atau sudah mendekati level normal seperti sebelum ada pandemi Covid-19.

Direktur Eksternal Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, mengatakan dukungan pemerintah berperan penting dalam mendongkrak ekspor Toyota pada 2021.

Baca juga: Bob Azam: Produksi Mobil Toyota Pada 2021 Sentuh Level Normal

"Ekspor kendaraan utuh bermerek Toyota dari Indonesia di tahun 2021 mencapai 188.000 unit atau sudah pulih hingga ke level 90 persen, dibandingkan situasi sebelum pandemi," tutur Bob kepada Tribunnews, Jumat (28/1/2022).

Dengan masih didukung pemerintah, TMMIN kian optimistis kinerja ekspor mobil di tahun 2022 akan tetap positif.

"Dengan dukungan Pemerintah Indonesia melalui berbagai stimulus dan kebijakan untuk mendorong ekspor otomotif nasional, kami yakin target ekspor CBU merek Toyota untuk 2022 akan meningkat di atas level yang dicapai pada 2019 sebelum pandemi," terang Bob.

Baca juga: Mobil Listrik Toyota BZ4X EV akan Diperkenalkan di Thailand Tahun Ini

Ekspor mobil Toyota sendiri telah berhasil menembus pasar-pasar di kawasan Asia, Afrika, Amerika bahkan UEA.

Sementara model paling diminati ialah tipe-tipe SUV seperti Toyota Fortuner, Rush dan SUV terbaru mereka Raize.

Untuk tipe SUV (Fortuner, Rush dan Riaze), ekspornya mencapai 90.000 unit, MPV (Kijang Innova, Sienta, Avanza, Town/Lite Ace) tembus 36.000 unit.

Sementara untuk tipe sedan, hatchback, LCGC seperti Vios, Yaris dan Agya, angka ekspor mencapai 62.000 unit.

Selain fokus mencapai target ekspor, TMMIN juga tengah mempelajari pasar ekspor lain, selain negara-negara yang sudah dituju. Tak menutup kemungkinan juga pasar Australia, yang menurut Menteri Perindustrian keran ekspor ke Negeri Kanguru akan dibuka pada kuartal I 2022.

"Kami selalu mendukung upaya peningkatan kinerja ekspor produk otomotif dalam negeri dan selalu menjajaki peluang tujuan ekspor yang lebih besar. Terkait ekspor ke Australia silakan hubungi Menteri Perindustrian untuk informasi lebih detail," ungkap Bob.

Ini Sejarah

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengupayakan agar Indonesia dapat mulai melakukan ekspor mobil secara utuh ke Australia mulai kuartal pertama 2022.

Dalam penjelasannya Agus tidak menyebut merek apa saja yang akan terlibat nanti.

"Insya Allah sebentar lagi, membuka pasar Australia tidak mudah, khususnya izin dari prinsipal. Ini sejarah, dan Australia memiliki standar tinggi, termasuk (aturan) carbon sangat ketat," tutur Menperin kepada Tribunnews, Selasa (25/1/2022).

Disebut lebih lanjut, upaya ekspor ke Negeri Kanguru tidak akan menunggu lama, Menperin menyampaikan akan dilakukan dalam waktu dekat.

Sayangnya, soal pabrikan mana lebih dulu yang akan menembus pasar Australia, Agus belum dapat mengatakannya.

"Kita upayakan Q1 (kuartal 1). Belum bisa saya sebut," imbuhnya.

Diketahui sejak berlakunya kemitraan komprehensif Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), Indonesia berpotensi meningkatkan produk ekspornya.

Hal itu karena seluruh produk ekspor RI yang masuk ke Australia akan menikmati tarif nol persen. Produk ekspor Indonesia yang berpotensi meningkat ekspornya salah satunya sektor otomotif.

IA-CEPA sendiri merupakan perjanjian komprehensif yang dibangun berdasarkan perjanjian multilateral dan regional yang telah ada termasuk Perjanjian Pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN - Australia - Selandia Baru (AANZFTA). IA-CEPA ini mulai berlaku pada 5 Juli 2020.

Pada sisi lain, Australia memang saat ini menjadi bidikan bagi para produsen otomotif Tanah Air lantaran negara itu punya pasar besar, namun tidak memiliki pabrik otomotif.

Untuk memenuhi kebutuhan produk otomotif, negeri kangguru diketahui hanya mengandalkan impor.

Sebagai informasi pabrikan paling banyak ekspor pada 2021 ialah Daihatsu, yang berhasil mengapalkan mobil sebanyak 122.661 unit sepanjang tahun 2021.

Angka itu meningkat 34,1 persen dibanding tahun sebelumnya, yang hanya sebanyak 91.472 unit.

Mobil-mobil buatan Daihatsu Indonesia tidak hanya diekspor dengan merek Daihatsu, namun ada pula yang di rebadge sebagai model Toyota, hingga Mazda.

Sementara posisi kedua ditempati oleh pabrik Toyota, berhasil mengekspor 67.238 unit mobil ke luar negeri.

Posisi ketiga diikuti ada Mitsubishi Motors sebanyak 48.950 unit, Suzuki 43.653 unit, Honda 7.350 unit, Hino 2.870 unit, DFSK 1.027 unit, Hyundai 836 unit dan Wuling 54 unit.

Pengamat: Penundaan Standar Emisi Euro 4 di Indonesia, Bisa Hambat Rencana Ekspor ke Australia

Pengamat Otomotif Bebin Djuana, melihat ekspor ke Australia yang akan dilakukan di tahun ini bukanlah pengapalan pertama RI ke Negeri Kanguru.

"Di tahun 2000-an sudah ada ekspor ke Australia. Dulu hanya bisa kendaraan komersial, sekarang rasanya harus memenuhi standar minimal Euro 4 dan standar keamanan yang ditentukan negara tujuan," tutur Bebin saat dihubungi Tribunnews, Kamis (27/1/2022).

Baca juga: Bukti Ketangguhan Toyota Fortuner 2.8, Enteng Tarik Beban 12 Ton

Realisasi penerapan standar gas buang Euro 4 tidak dapat ditunda lagi jika Indonesia ingin menyasar lebih luas pasar global.

Penundaan standar emisi Euro 4 di Indonesia, disebut Bebin akan menghambat rencana ekspor ke berbagai negara, terlebih berbenturan dengan aturan gas buang negara tujuan.

"Itu sebabnya jika kita terus menunda realisasi Euro 4 maka peluang semakin kecil. Jika kita tidak terbiasa dengan produk-produk berfitur dan spesifikasi terkini, negara tujuan semakin sedikit," jelasnya.

Baca juga: Nissan Dikabarkan Bakal Luncurkan 23 Mobil Listrik hingga 2030

Lebih lanjut, Bebin juga menyarankan agar para produsen tidak hanya fokus memenuhi pasar domestik, tetapi juga mulai berorientasi pada ekspor agar dapat menjadi penghasil devisa untuk negara.

"Sudah seharusnya produsen berorientasi ekspor dan jangan bangga karena bisa memenuhi pasar domestik. Ambil bagian sebagai penghasil devisa untuk negara kita," ucap Bebin.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved