Jumlah Pesawat Garuda Indonesia Awalnya Sekitar 220, Kini Tinggal 35 Unit yang Bisa Terbang
Kementerian BUMN melihat persoalan Garuda harus benar-benar diselesaikan karena dampaknya terlalu
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir membeberkan masalah Garuda Indonesia hingga pada akhirnya dia melaporkan soal dugaan korupsi terkait pengadaan pesawat ATR 72-600.
Beberapa di antaranya yakni soal jumlah pesawat terbang yang aktif hingga jumlah rute yang berkurang.
Dari yang awalnya 437 rute menjadi 140 rute.
"Jumlah pesawat terbang saja hanya 35. Total pesawatnya sebelumnya 220 kalau enggak salah. Lalu dengan berbagai macam problem tinggal 142 pesawat.
Hari ini, tinggal 35 terbang," kata Erick dalam kanal Youtube Kompas TV, Selasa (11/1/2022).
Jumlah pesawat lainnya, ada dalam posisi tak bisa terbang hingga terikat leasing.
Baca juga: Erick Thohir: Ada Harapan Garuda Indonesia Hidup Kembali Lewat Restrukturisasi Total
"Itulah yang kembali kalau ini tidak kita selesaikan, ekosistem pada penerbangan nasional ini bahaya.
Akhirnya akan membebani konsumen," kata dia.
Dia merinci bahwa negara sebesar Indonesia yang kepulauan membutuhkan sebanyak 400 penerbangan.
"Hari ini Garuda plus Citilink tinggal 75 pesawat yang terbang.
Memang ada pihak swasta, tapi cuma 50 persen dari kapasitas penerbangan yang ada," kata dia.
Dia pun bersama jajarannya di Kementerian BUMN melihat persoalan Garuda harus benar-benar diselesaikan.
"Karena impactnya luas. Kita kan negara kepulauan. Ingat, peran BUMN juga penyeimbang pasar.
Ketika kita menghadapi Covid-19, sebanyak 15 persen penumpang kereta api, apakah kereta api berhenti? Kan tetap jalan," kata Erick.
"Di industri pesawat terbang ini kita support pengembangan swasta. Tapi kalau tidak ada penyeimbang, saya ingat waktu saya belum jadi menteri harga tiket mahal.
Ini yang kita terus jaga. Makanya Garuda harus terbang lagi, supaya ada balance dari ekonomi daripada pembelian tiket. Itu kan tugasnya BUMN, penyeimbang pasar," katanya.