Sabtu, 4 Oktober 2025

Menkeu: Akses Vaksin Tidak Merata Jadi Kendala Pemulihan Ekonomi Global

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemulihan ekonomi global terjadi tetapi tidak merata.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
istimewa
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemulihan ekonomi global terjadi tetapi tidak merata.

Menurutnya, hal ini akibat akses vaksin yang tidak terdistribusi secara baik khususnya di negara miskin.

"Ada negara-negara yang jumlah vaksinnya kurang dari tiga persen seperti di negara-negara Afrika," kata Menkeu dalam keterangan pers KTT G20, Minggu (31/10/2021).

Ia menuturkan rata-rata di negara-negara miskin vaksinasi baru mencapai enam persen dari penduduknya.

Baca juga: Indonesia Terima 819.600 Dosis Vaksin Moderna dari Pemerintah Belanda

"Sementara negara-negara maju sudah melakukan vaksinasi di atas 70 persen atau bahkan mendekati 100 persen dan mereka sudah melakukan boosting," lanjut Menkeu.

Menkeu menegaskan dalam summit ini diharapkan 70 persen dari total populasi penduduk di dunia sudah tervaksinasi di pertengahan 2022.

Atau paling tidak penduduk dunia sudah divaksin 40 persen di akhir 2021.

"Ini membutuhkan dukungan terutama negara-negara miskin yang sekarang ini jumlah vaksinasinya masih sangat rendah," paparnya.

Selain akses vaksin, pemulihan ekonomi dunia juga terancam oleh dua hal lain yakni inflasi kenaikan energi dan disrupsi dari suplai.

Menurut Menkeu, hal itu terjadi di seluruh negara yang pemulihan ekonominya sangat cepat tetapi mengalami komplikasi dalam bentuk kenaikan harga energi dan disrupsi suplai.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan vaksinasi harus dirasakan merata dan setara di seluruh penjuru dunia.

Baca juga: Australia-AS Teliti Vaksin Tambalan di Kulit Untuk Atasi Covid-19, Tak Perlu Jarum Suntik

Hal tersebut diungkapkan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr Reisa Broto Asmoro.

Reisa menyebutkan situasi penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia terus membaik.

Pada 28 Oktober 2021, jumlah kasus harian di Indonesia tercatat tidak sampai 100 kasus per hari.

Bahkan, sejak 15 Oktober 2021, konfirmasi harian sudah tercatat di bawah 1.000 kasus.

Penurunan kasus baru mingguan secara umum mencapai 23 persen.

Sementara itu, jumlah kematian menurun 16 persen dibandingkan pekan sebelumnya.

Kasus aktif di Indonesia pun kini berada di bawah 1 persen.

Baca juga: CDC Kategorikan Indonesia Zona Hijau Covid-19, Airlangga Terus Dorong Vaksinasi

Di tengah perkembangan baik ini, lonjakan kasus masih terjadi di beberapa negara di dunia.

Masyarakat Indonesia sebagai bagian dari warga dunia harus tetap prihatin dan mendoakan agar situasi di negara lain dapat segera membaik.

Ia menututkan, pandemi akan berakhir jika pandemi di seluruh dunia juga berhenti.

"Sebagaimana kita berprinsip bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, maka merdeka dari pandemi Covid-19 adalah hak semua warga bangsa di dunia,” kata Reisa.

Sebagai Ketua G-20 selama setahun ke depan, Presiden Joko Widodo akan mengumandangkan ajakan Recover Together, Recover Stronger atau ‘Pulih Bersama, Pulih untuk Menjadi Lebih Kuat’.

Presiden mengajak semua negara maju bekerja bersama memastikan akses terhadap vaksin Covid-19 merata dan memerangi Covid-19 bersama-sama, dengan memastikan perawatan serta pencegahan dilakukan semua.

Reisa juga menjelaskan, pemerintah tetap memprioritaskan lansia untuk mendapatkan vaksin Covid-19.

Pemerintah terus mendorong pemerintah daerah dan TNI/Polri untuk mengevaluasi vaksinasi lansia di daerahnya, serta menemukan pendekatan yang tepat terhadap lansia di wilayah masing-masing.

“Perlu kita ingat, bahwa kelompok lanjut usia memiliki faktor risiko hingga 60 kali lipat lebih berat dibandingkan kelompok usia muda," jelas dr Reisa.

Dari 21,5 juta lansia, angka penerima suntikan pertama vaksin Covid-19 masih berada di bawah 40 persen.

Sementara lansia yang telah mendapatkan dosis lengkap saat ini masih kurang dari seperempat jumlah target vaksinasi.

Hal ini perlu menjadi perhatian bersama, karena kelompok lansia masih dibayangi risiko tertular Covid-19 dan dapat menderita gejala yang berat, bahkan long Covid atau post Covid syndrome.

“Untuk memastikan kita semua aman. Karena no one is safe until everyone is safe. Tidak ada yang aman sampai semua orang aman,” kata Reisa.

"Artinya apa? Waktu permintaan pulih dengan cepat dan kuat, ternyata suplainya tidak mengikuti," kata Sri Mulyani.

Disrupsi suplai bisa terjadi karena hambatan di pelabuhan sehingga bahan baku tidak bisa di deliver.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved