Kamis, 2 Oktober 2025

Pengusaha Ungkap Cara Mempertahankan Bisnis di Tengah Lonjakan Covid-19

Bila kali ini kegiatan ekonomi kembali terhenti, maka dampaknya akan lebih fatal dibanding tahun lalu saat pertama kali pemerintah memberlakukan PSBB.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dewi Agustina
Shutterstock
Ilustrasi UMKM. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilik Keda Kopi di bilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Aji mengatakan roda ekonomi tidak boleh berhenti lagi seperti tahun lalu akibat pandemi Covid-19.

Menurutnya, bila kali ini kegiatan ekonomi kembali terhenti, maka dampaknya akan lebih fatal dibanding tahun lalu saat pertama kali pemerintah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

"Kita nggak boleh berhenti, bagaimanapun caranya bisnis harus tetap jalan. Cukup tahun lalu aja kita berhenti karena pandemi. Kalau berhenti lagi, saya nggak tahu lagi harus apa," ujar Aji melalui keterangan tertulis, Minggu (20/6/2021).

Menurutnya, ada sejumlah cara agar bisnis tetap bisa berjalan meski kondisi pandemi Covid-19 melonjak.

Pertama tentu adalah dengan memaksimalkan jaringan digital seperti pesan makanan secara online.

Namun, menurutnya, itu saja tak cukup. Ada kalanya perjumpaan fisik dengan rekan bisnis tak bisa dihindari.

"Bikin event barengan, biar biaya promosi bisa ditekan karena kan biaya ditanggung ramai-ramai. Nah, misal kalau kita mau kolaborasi, brainstorming-nya kan harus ketemuan," tutur Aji.

Baca juga: Wajib Simak, Ini 4 Aspek Penting agar Bisnis Rumahan Makin Untung

Menurutnya, protokol kesehatan harus tetap dijalankan saat bertemu orang banyak. Tes antigen harus dilakukan ketika bertemu untuk tujuan bisnis.

"Ya kita harus tingkatin protokol kesehatan. Malah sekarang penting buat kita buat swab test antigen dulu supaya yakin pas kita ketemuan nggak malah jadi klaster penularan baru," ucap Aji.

Meski demikian, tak sembarang alat test antigen bisa digunakan.

Produsen alat tes antigen Cov-test yang juga Direktur Utama PT Joy Indo Medika, Ni Kadek Asmiari mengatakan ada 2 faktor penyebab ketidakakuratan hasil swab test yakni faktor manusia dan kualitas alat.

Alat tes antigen Cov-test
Alat tes antigen Cov-test.

Faktor manusia yaitu terkait cara petugas medis melakukan tempat pengambilan spesimen lendir hidung.

"Pengambilan spesimen lendir hidung itu ada caranya. Tidak asal colok saja," ujar Ni Kadek Asmiari.

Faktor kedua karena alat. Kadek menjelaskan, ketidakakuratan hasil swab test bisa disebabkan oleh kualitas alat yang tidak sesuai standar.

Alat antigen bisa rusak jika tidak disimpan dalam suhu yang dianjurkan yaitu 4-30 derajat Celcius, swab kit yang digunakan terbuat dari bahan yang tidak sesuai, tidak menyerap spesimen, keras, dan tidak steril, atau diproduksi dan dikemas dengan tidak steril.

Baca juga: Pemerintah Akan Bantu UMKM Manfaatkan Ruang Digital

Ni Kadek yang merupakan pengusaha asal Bali itu memastikan produk cov-test telah dilengkapi izin edar, memiliki sertifikasi ISO 9001, 13485, dan CE-sertifikasi.

Cov-test juga diproduksi oleh perusahaan ternama yaitu perusahaan invitrodiagnostic yang memiliki standar sterilisasi yang tinggi.

Selain itu, produk Cov-test disimpan di suhu yang sesuai anjuran yaitu 4-30 derajat celcius.

Kadek menjelaskan, yang menjadi diferensiasi dari produk sejenis, alat pengambil swab atau dakron produk Cov-test lembut, sehingga mengurangi rasa sakit atau tidak nyaman saat digunakan.

Meski demikian, alat test ini juga telah mendapat pengakuan dari sisi akurasi yang tinggi.

"Kualitas produk harus menjadi pertimbangan utama. Akibatnya akan fatal jika konsumen ceroboh," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved