Wamen BUMN Pahala Mansury: CFO Kini Hadapi 6 Tantangan, Berikut Rinciannya
Wakil Menteri BUMN Pahala N. Mansury, mengatakan, para chief financial officer (CFO) di banyak perusahaan kini menghadapi tantangan
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri BUMN Pahala N. Mansury, mengatakan, para chief financial officer (CFO) di banyak perusahaan kini menghadapi tantangan yang lebih kompleks dan luas dibanding dengan masa lalu.
"Tantangan utama yang dihadapi CFO saat ini sangat berbeda dengan dulu. Ada enam tantangan yang dihadapi CFO saat ini," ujarnya saat menjadi pembicara kunci webinar CFO Now: Breakthrough Speed for Breakout Now yang diselenggarakan Accenture dan SWA, Jumat (26/3/2021).
Pahala menjelaskan, keenam tantangan itu adalah adaptasi akan kebutuhan bisnis baru, namun masih menggunakan kapabilitas yang lama; ketidakjelasan need for-chage atau melakukan prioritas untuk keuangan masa depan; insufficient atau ineffective perfromance management.
Baca juga: Kementerian BUMN Dirikan Holding Battery Corporation untuk Kelola Nikel
Berikutnya adalah dampak tidak jelas dari peluang digital dan IT legacy; finance cost down, namun higher effectiveness; dan kebutuhan NewCo business atau not integrated acquisitions.
"Dulu, CFO hanya dikenal sebagai orang yang tukang catat. Namun, saat ini, peran CFO saat harus mampu menjadi value drivers," ujarnya.
Caranya, dengan menghasilkan akunting yang makin lama makin efesien, makin tersentralisasi, dan terotomasi. Sebab, sekarang ini, semua orang ingin real time.
Selain laporan atau informasi yang real time, CFO juga harus mampu menghasilkan rencana finansial (financial planning) yang bermakna, relevan, dan terstandardisasi.
Karena itu, dibutuhkan organisasi yang sangat baik, dibutuhkan SDM yang tidak hanya bicara finansial, tetapi juga harus memiliki value for business.
Pahala menambahkan, seorang CFO harus bisa memikirkan bagaimana perusahaan bisa berinvestasi, melakukan pengembangan bisnis baru, hingga melakukan akuisisi bisnis.
Baca juga: Optimalkan Potensi Sumber Daya Mineral Indonesia, Kementerian BUMN Bentuk IBC
Sementara itu, hasil aurvei yang digelar konsultan global Accenture bertajuk “Breakthrough Speed for Breakout Value”. Survei global ini dilakukan terhadap lebih dari 1.300 eksekutif senior keuangan di seluruh dunia pada April dan Juni 2020, termasuk menganalisis 245-500 perusahaan di 10 industri mendapati banyak temuan baru.
CFO yang mampu mewujudkan sepenuhnya peran baru mereka dan dapat menjalankan operasionalnya secara efektif, maka akan mampu menggandakan nilai EBTIDA CAGR (parameter yang digunakan untuk mengukur performa keuangan perusahaan), dari 3,8% menjadi 6,9%. Bahkan, selama tiga tahun ke depan, mereka juga dapat meningkatkan pendapatan CAGR (rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan perusahaan), dari 2,7% menjadi 3,0%.
Temuan menarik lainnya dari survey ini adalah 86% CFO telah meningkatkan strategi kolaborasi dengan mitra eksekutif yang berada di C level (C-suite). Sementara itu, 72% dari CFO memiliki keputusan akhir tentang arah teknologi dari perusahaan mereka. Adapun 88% CFO telah memperkenalkan metrik baru untuk memberikan pengaruh yang baik pada keuangan perusahaan. CFO juga menggunakan teknologi dan data untuk berhubungan dengan lintas C-suite. Terbukti, CFO juga ikut mendorong end-to-end insight melalui model dan data yang real-time.
Bagaimana dengan Indonesia? Merujuk survei yang digelar Accenture dan SWA Media Group SWA terhadap 60 CFO dan pemimpin keuangan dari 54 perusahaan di 13 industri di Indonesia, pada November-Desember 2020, menunjukkan bahwa 48% tugas keuangan tradisional telah terotomisasi, dari yang sebelumnya hanya 34% di 2018. Ini menunjukkan bahwa kini tekonologi ikut berperan penting dalam proses keuangan perusahaan.
Fakta lainnya, ternyata 37% CFO di Indonesia memiliki bakat dan kepiawaian dalam berkolaborasi. Bahkan, 72% CFO di Indoensia menyatakan telah meningkatkan frekuensi dan jangakauan kolaborasi mereka dengan C-suite.
Yang menarik, lebih dari separuh atau 58% CFO di Indonesia telah merevisi strategi perusahaan secara holistik. Sayangnya, hanya 17% profesional keuangan di Indonesia yang ikut terlibat dalam mengelola risiko yang terjadi di dunia maya. Adapun 25% fungsi keuangan telah mengambil alih tanggung jawab untuk kinerja ESG (Environmental, Social, Governance) di dalam perusahaan.
Menurut Arief Sanjaya, CFO Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP), “Jika CEO adalah otaknya, maka CFO adalah jantungnya perusahaan. CFO bukan lagi penjaga gawang yang tinggal di belakang, tetapi sekarang telah menjadi striker yang harus siap di garda depan."
Hasil survei CFO global dan Indonesia tersebut dipresentasikan oleh Raghvendra Singh, Managing Director Accenture-CF & EV Lead for Southeast Asia, dalam webinar yang diselenggarakan oleh SWA Media Group. Di samping itu, Direktur Keuangan PT Bank Central Asia Tbk., Vera Eve Lim, dan Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero), Emma Sri Martini, memaparkan pengalamannya bagaimana perubahan peran CFO di perusahaannya masing-masing, terutama dalam menghadapi era digital dan dampak dari pandemi Covid-19.
“Kami dari SWA senang sekali bisa ikut ambil bagian dalam program survei terhadap para CFO di berbagai negara termasuk Indonesia yang diselenggarakan oleh Accenture. Dengan survei ini, kita bisa mengetahui seberapa cepat para CFO perusahaan-perusahaan besar di berbagai negara termasuk Indonesia data melakukan sejumlah terobosan untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan ekosistemnya,” ujar Kemal Gani, Group Chief Editor SWA Media.
"Dari survei ini Indonesia juga dapat belajar seperti apa langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh para CFO perusahaan besar di dunia dan Indonesia, supaya kita juga dapat terus memperbaik apa saja yang kurang dari kita, dan terus mengembangkan langkah-langkah kita yang sudah di jalur yang benar," ujar Kemal.