Ekonom CORE: Realisasi Komitmen Investasi Asing di Indonesia Masih Rendah
Yusuf Rendy Manilet mengatakan rencana investasi asing ke Indonesia masih kerap menemui berbagai hambatan.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan rencana investasi asing ke Indonesia masih kerap menemui berbagai hambatan.
Selain soal perizinan, lahan, dan tenaga kerja, hambatan investasi dipicu kurang ketatnya koordinasi antara kementerian dan lembaga sertai permasalahan hubungan pemerintah pusat dan daerah.
Baca juga: Supaya Indonesia Menjadi Negara Maju, Menkeu Sri Mulyani: Butuh Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Menurutnya, hal lain yang menjadi pertimbangan investor dalam merealisasikan investasi adalah insentif pajak.
"Tidak banyak yang memanfaatkan berbagai insentif pajak yang ditawarkan pemerintah sehingga realisasi investasi juga tidak naik tinggi," kata Yusuf, Kamis (10/12/2020).
Baca juga: Perjanjian RCEP sebagai Katalis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang Berkualitas
Menurut Yusuf, insentif pajak yang tidak terlalu berdampak signifikan terhadap realisasi investasi bisa jadi disebabkan karena insentif pajak memang bukan pertimbangan utama bagi investor dalam merealisasikan investasinya.
Namun, bisa juga karena insentif pajak tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan investor.
Yusuf bilang, perlu juga mempertimbangkan pemberian insentif berdasarkan kebutuhan industri yang akan dibidik oleh investor.
Ini tentu membutuhkan usaha yang lebih besar untuk menghitung kebutuhan insentif tiap sektor dan berapa lama imbal hasil masing-masing sektor.
"Ini mungkin saja dilakukan dalam rangka menarik investasi untuk mendorong masing-masing industri," kata Yusuf.
Pemberian insentif dalam rangka menarik investasi tidak bisa dipukul rata.
Karena jika ditilik lebih dalam, investor yang berkomitmen untuk berinvestasi datang dari berbagai jenis industri mulai industri manufaktur, barang konsumen hingga produk inovasi seperti mobil listrik
Sebelumnya, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal (BKPM) Ikmal Lukman mengatakan, daya tarik investasi di Indonesia tetap menjanjikan di kondisi pandemi Covid-19.
“Ada (perusahaan global) yang ingin segera masuk ke Indonesia, ada juga yang sudah masuk dan ingin melakukan peningkatan produksi dan perluasan pabrik. Kita akan dengar apa harapan-harapan mereka. Tentu ini bisa menjadi sentimen positif bagi investasi di tengah pandemi ini,” ujar Ikmal.