Rupiah Bergejolak Hampir Tiga Pekan, Analis Bilang Pemicunya karena Kekhawatiran Resesi
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, bergejolaknya rupiah ini akibat kekhawatiran Indonesia masuk resesi.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah ke level Rp 14.800 pada awal hingga pekan kedua September 2020.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, bergejolaknya rupiah ini akibat kekhawatiran Indonesia masuk resesi.
"Hampir 3 pekan rupiah mengalami volatilitas yang tinggi. Satu diantaranya didorong oleh kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan memasuki resesi," ujarnya, Senin (21/9/2020).
Sementara itu, dia menjelaskan, juga ada pengaruh dari meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia, khususnya DKI Jakarta.
"Kemudian, ada manuver beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk merevisi Undang-undang (UU) Bank Indonesia yang mengancam independensi bank sentral," kata Hans.
Baca: Rupiah Hari Ini 21 September 2020 Menguat ke Rp 14.723 per dolar AS, Ini Kurs 5 Bank Besar
Disisi lain, laporan S&P Global menyatakan ada beberapa bank sentral di emerging market atau negara berkembang yang diperkirakan akan mempertaruhkan reputasi mereka.
Hans menambahkan, peringkat kredit negara dan bahkan risiko akan krisis ekonomi besar-besaran jika terus mencetak uang dan membeli surat utang pemerintah setelah krisis berlalu.
Baca: Rhenald Kasali: Masyarakat Takut Resesi Disertai Inflasi
"Ini tentu juga bicara independen Bank Sentral, dimana kebijakan moneter harus tetap independen terhadap pemerintah," pungkasnya.