Eksklusif Tribunnews
Dirut Garuda Indonesia: Mengeluh Tidak Membawa Perubahan
70 persen pesawat garuda dikandangkan. 800 karyawan berstatus kontrak atau perjanjian kerja waktu tertentu dirumahkan
Penulis:
Dennis Destryawan
Editor:
Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Diterpa badai wabah corona atau Covid-19 tak membuat Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengendurkan optimisnya. Ia tetap percaya badai pasti berlalu. Garuda Indonesia mengalami penurunan penumpang sekira 90 persen.
Membuat keuangan di tubuh maskapai penerbangan nasional Indonesia itu goyang. Irfan bercerita di jajaran direksi memangkas gaji mereka hingga 50 persen.
Baca: Saiq Aqil: Para Pelanggar Hukum Kebanyakan Bukan Alumni Pesantren
70 persen pesawat garuda dikandangkan. 800 karyawan berstatus kontrak atau perjanjian kerja waktu tertentu dirumahkan. Dampak dari wabah corona, sehingga mobilitas masyarakat terbatas, dan penumpang pesawat berkurang drastis.
Saat ditemui Tribun Network, Irfan bercerita bahwa Garuda Indonesia tengah mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk new normal atau tatanan hidup baru.
Berikut petikan wawancara bersama Irfan:
Langkah-langkah new normal, apa yang dilakukan pihak Garuda Indonesia?
Saya lebih setuju new norm. New normal itu sebuah kesepakatan. Bagaimana perusahaan bertanggungjawab melakukan persiapan itu. Tapi the essence itu bahwa kita ini punya tanggungjawab sama-sama. Ada yang cuek, ada yang gagah berani. Ada yang parno.
Saya punya teman, Anda sudah cuci tangan. Dikit-dikit cuci, iya biar bersih. Coba semprot ke muka, siapa tahu bisa bikin licin ha-ha. Jerawat-jerawat lama-lama ilang sendiri.
Dari mulai yang cuek, gagah berani, dan parno ini bakal bertemu di satu pesawat. Satu tujuan kan'. Waktu penumpang beli tiket kita tidak tanya klasifikasi Anda apa. Kita harus membuat orang di setiap level aman dan nyaman.
Baca: Manajemen Garuda Plong, Perpanjangan Pelunasan Sukuk Globalnya Dapat Persetujuan
Penumpang harus pakai masker. Bawa pembersih tangan. Kita harus formulasikan. Kita akan mengikuti protokol kesehatan. Misal dalam penyediaan air minum di pesawat, tidak nyaman kalau pakai gelas, sekarang pakai botol.
Makanan masih dalam plastik, selama ini kan roti dalam plastik tidak sopan. Sekarang tidak kita buka. Kita tanya penumpang nyaman. Kalau penumpang nanya kapan dibersihkan, oh ini sudah dibersihkan sebelum masuk.
Baca: Menaker Bantu Pekerja Ter-PHK dengan Program Padat Karya Setiap Jumat
Terus kerja sama dengan pihak bandara. Saya berpikir ini proses kita mengubah interaksi sampai dalam satu titik kita nyaman. Kita semua nyaman. Seperti kita kemarin-kemarin kita nyaman desek-desekan. Nonton film dekat-dekatan. Naik bus dekat-dekatan.
Kita mungkin mencapai sebuah kesepakatan baru. Kalau menurut pikiran saya, selama Anda pakai masker, jaga jarak, tahu diri kalau Anda tidak fit tidak bepergian, mestinya semua ok. Bahwa ada insiden sana-sini, ya kan kayak demam berdarah, flu, sambil berharap vaksin ditemukan.
Target Anda seperti apa untuk mencapai 100 persen?
Rasanya hari ini kalau ngomongin target itu kayak diskusi kusir. Betul kita ada RKP. Rencana kerja dan revisi melihat pertumbuhan, US dollar, dan lain-lain. Kalau kita bikin rencana probability mendekati kenyataan. Sekarang asumsi yang dipakai apa, Rp 15 ribu / dollar, eh sudah Rp 13 ribu/dollar hari ini.
Karena swing-nya itu gila-gilaan. Jadi krisis kesehatan menciptakan krisis ekonomi, krisis peradaban, asumsi-asumsi ekonomi swing-nya. Kita ribut berdebat, menurut saya lebih baik fokus untuk memastikan keselamatan bangsa. Ekonomi bisa recovery.
Baca: Garuda Klaim Tidak Naikkan Harga Tiket Hingga Dua Kali Lipat di Masa New Normal
Berdebat tidak selesai-selesai. Kita tidak memikirkan bagaimana pedagang somay, toko-toko kecil di Tanah Abang dan di pinggir Cipulir. Ketika sudah tidak tahan, mereka buka. Begitu diminta tutup, Anda mau jamin gua tidak, gua sudah tidak makan ini berhari-hari.
Baca: Berpegang Putusan MK, KPU Bisa Tolak Calon Kepala Daerah Mantan Pengguna Narkoba
Nah ini kita mesti set-back. Mari kita bantu UMKM. Garuda butuh bantuan apa dari kita? Ya jangan kejar-kejar utang dulu. Ok. Ya lo naik pesawat deh, jangan ribut lo kemarin saya ke Surabaya kok naik Rp 100 ribu. Aduh.
Kalau memang tugas kantor, pergi lah, kalau ada urusan keluarga, pergi lah. Jangan ditunda karena penundaan Anda implikasi ke mana-mana.
Saya tidak bisa memaksa Anda terbang, tapi yang saya bisa menggugah keberanian dan keinginan terbang itu muncul lagi. Jadi ini isunya bukan ekonomi lagi, tapi public opinion.
Makanya semua wartawan yang minta ketemu saya, saya terima, karena lebih penting bertemu wartawan untuk menjelaskan bahwa ini isu bersama.

Saat Anda masuk ke sini ada problem 7 anak perusahaan 19 cucu, apakah ini mengganggu kinerja Anda?
Yang mesti diselesaikan ada tidak ada covid ya diselesaikan. Banyak planning-planning tetap kita jalankan. Reorganisasi, promosi, kita jalankan. Salah satu contohnya, kargo kan tidak perlu rapid test. Kita dorong kargo. Banyak oportunity, seperti ekstensi kargo.
Terkait pesawat yang banyak leasing seperti apa?
Dinegosiasi pembayaran dan kontrak supaya nilainya berkurang.
Optimisme Anda?
Hidup itu dari harapan bukan dar i kenyataan. Tugas seorang Direktur Utama, Anda mau tercabik-cabik seperti apapun perasanaan dan kepala, Anda bilang nyesal ambil pekerjaan ini segala macam apapun. Ceritanya, ketika Anda duduk di sini harus menyebarkan optimisme dengan cara memberitahu semua orang.Selalu ada hari esok.
Badai itu pasti berlalu. Persoalannya kapan akan berlalu, tapi yang kita tekankan pasti berlalunya. Kita hari ini diskusi sama teman-teman, bicara harapan itu enak. Misal, di rumah diskusi kita ga bisa ke sini, ke sini. Coba dimulai pembicaraan setelah pandemi selesai kita ke Bali, itu pasti lebih menyenangkan.
Itu energi berubah. Saya gagah perkasa bukan berarti tidak mau ngeluh, tapi ngeluh itu tidak membawa perubahan.
Baca: Cerita Irfan Setiaputra, Menganalogikan Penamaan Garuda Indonesia oleh Bung Karno
Kalau saya ngeluh di depan anak buah saya, yah bos saya saja ngeluh. Tercabik-cabiknya melihat angka minus semua, besok gajian atau tidak, pilot gajian atau tidak, saya masih optimis mudah-mudahan gusti Allah bantu. Badai Pasti Berlalu yang masalah kapannya.
Tapi kalau energi positif dibagikan, orang yang sakit kanker itu kalau hanya berpikir pasti mati ya sulit untuk sembuh.
Baca: Tiga Bulan Ditinggal Tyson Linch Mudik ke Australia, Melaney Ricardo Mengaku Kangen Suami
Tanya kepada mereka yang survival, kalau dia bilang dia bisa lawan, percaya sama tuhan, itu masih punya kesempatan untuk sembuh. Ada yang nanya sisa 10 persen gimana? 10 persen itu lebih besar dari 9 persen.