Tingkatkan Ketahanan Pangan, Menristek Dorong Inovasi Pengalengan Makanan
fokus riset teknologi yang telah dijalankan LIPI itu terbukti bisa membuat daya tahan berbagai makanan.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mendorong inovasi teknologi pengalengan makanan sebagai solusi meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Menurutnya, fokus riset teknologi yang telah dijalankan LIPI itu terbukti bisa membuat daya tahan berbagai makanan.
"Sejak pandemi Covid-19, satu jenis makanan yang demand-nya meningkat makanan dalam kaleng, memang sebagian untuk bansos tetapi memang ada peningkatan konsumsi masyarakat," kata Bambang saat webinar solusi teknologi dampak Covid-19 di Jakarta, Selasa (2/6/2020).
Prinsip utamanya teknologi pengalengan adalah menekan sesedikit mungkin terjadinya kontak udara pada tahap pengepakan.
"Teknologi untuk mengurangi pengawet ini sekarang yang kita dorong. LIPI sudah berhasil menyiapkan teknologi pengalengannya dengan kemasan yang baik tanpa dibekukan. Misalnya tuna Manado kemudian dikalengkan," papar Bambro.
Produk makanan dalam kaleng ini tidak hanya seputar sarden tetapi juga makanan eksotik khas nusantara.
Menristek menyebut LIPI sempat mengkaji daya tahan masakan gudeg yang dikemas dalam kaleng.
Gudeg merupakan makanan tradisional yang dibuat dari nangka muda yang diproses sedemikian rupa, biasanya dalam bumbu manis, dicampur dengan areh dan sambal goreng tempe.
Sterilisasi gudeg dalam kaleng menggunakan teknologi hampa udara dengan suhu melebihi 121 derajat celcius dengan tekanan 2 atmosfer.
Pada kondisi demikian, bakteri dekomposer (pengurai) mati.
"Kita dari BRIN siap membantu pembinaan teknologi. Kita sudah melakukan pembinaan ke UKM Payakumbuh Sumbar untuk proses pengalengan rendang. Jadi targetnya tidak hanya memenuhi pasar Indonesia tetapi pasar luar negeri," urainya.
Pengusaha sekaligus Founder Inotek, Sandiaga Uno mengaku siap memberikan solusi khususnya untuk inovasi ketahanan pangan nasional.
Sandi mengatakan persoalannya tidak bukan pada keterbatasan produsen tetapi lebih terhadap masalah rantai distribusi.
"Produsen kita mulai dari petani, peternak maupun nelayan sebetuknya punya sumber pasokan pangan. Tetapi karena tidak singkron antara jalur distribusi dan akses pasar. Secara komprehensif akan kami berikan solusi," ucapnya.