Jumat, 3 Oktober 2025

Ibu Kota Baru

Luhut: Kendaraan Non Listrik Tidak Boleh Masuk ke Ibu Kota Baru

Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan nantinya di IKN, hanya kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang diizinkan beroperasi.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
Fitri Wulandari/Tribunnews.com
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah tengah mematangkan konsep pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru yang akan berlokasi di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim).

Rencananya, ibu kota masa depan ini akan berkonsep smart, green, beautiful dan sustainable yang tentunya akan menawarkan kenyamanan bagi para penduduknya.

Satu diantara konsep yang menarik adalah green, karena IKN akan menggunakan transportasi yang ramah lingkungan.

Menteri Koordinator Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan nantinya di IKN, hanya kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang diizinkan beroperasi.

Baca: Bidik Potensi DPK di Jakarta Selatan, BTN Relokasi Kantor Cabang

"Bagaimana nanti yang akan masuk dari Samarinda dan Balikpapan? Kalau dia tidak (pakai) EV, nanti tidak boleh masuk ke kota itu," ujar Luhut, dalam acara yang dihelat di Hotel Sultan, Jakarta Selatan, Rabu (26/2/2020).

Jika mereka yang ingin memasuki kawasan IKN tidak memiliki EV, maka harus menggunakan transportasi publik yang disediakan pemerintah, tentunya berbasis listrik.

Sedangkan kendaraan mereka yang menggunakan bahan bakar itu akan ditempatkan di lokasi parkir di luar kawasan IKN.

"Jadi, nanti di luar kota itu ada tempat parkirnya non EV, setelah itu (mereka) masuknya menggunakan EV atau publik transportasi yang juga EV," tegas Luhut.

Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta agar sistem transportasi di ibu kota baru menerapkan sistem autonomous vehicle atau kendaraan otonom tanpa pengemudi.

Ini juga menjadi sistem yang digadang-gadang akan diterapkan di IKN 'smart city' itu.
Terkait kendaraan otonom yang rencananya akan digunakan sebagai kendaraan di IKN itu, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menyampaikan penjelasannya.

Ia mengatakan bahwa kendaraan otonom membutuhkan ekosistem penunjang, agar bisa berjalan lancar di suatu wilayah.

Pihaknya kini telah menyiapkan konsep ekosistem penunjang yang disebut Driverless Ecosystem yang terus dikaji-terap oleh para perekayasa atau engineer di BPPT.

Tentunya ada sejumlah hal yang harus dibangun untuk percobaan ekosistem serta hilirisasi ekosistem kendaraan otonom ini.

Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam diskusi Webinar City Talk bertaju 'Driveless Ecosystem Ibu Kota Negara'.

"Ekosistem kendaraan otonom atau Driverless Ekosistem harus dibangun secara bertahap diantaranya dengan level automation," ujar Hammam, di Kantor BPPT, Jakarta Pusat, Selasa (25/2/2020).

Mantan Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT ini pun menyebutkan level otomasi yang memiliki beberapa tahapan.

"Ada lima level, mulai dari parsial, no automation at all, sampai full automatisasi dengan infrastruktur yang memadai," jelas Hammam.

Hammam menambahkan bahwa hal mendasar yang diperlukan dalam Ekosistem Driverless ini adalah tersedianya infrastruktur yang mumpuni.

Mulai dari infrastruktur transportasi, hingga infrastruktur di bidang telekomunikasi.

Ia menyebut betapa pentingnya peran teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dan 5G dalam sistem ini.

"Artificial Intellegence (AI) dan 5G sangat dibutuhkan dalam autonomous ini. Dalam lima tahun ke depan, seluruh konsep driverless ini harus dibuktikan dengan pilot project untuk sampai ke alih teknologi dan melakukan difusi teknologinya," papar Hammam.

Pilot project diperlukan untuk melihat mana model yang tepat dalam pembangunan driverless public transportation di IKN.

Terkait riset dan pengembangannya bisa dilakukan di fasilitas laboratorium teknologi yang dimiliki oleh BPPT.

Hammam menegaskan pihaknya tentunya memiliki fasilitas dan pengalaman dalam pengujian transportasi publik seperti uji LRT Jabodebek, MRT, dan infrastruktur pendukungnya.

Ia pun menyatakan BPPT siap melaksanakan kajian ini.

"Jadi kami pun siap melakukan kajian dalam menentukan model yang tepat untuk Bus Rapid Transit (BRT), Autonomous Rail Transit (ART), hingga Light Rail Transit (LRT)," tegas Hammam.

Sementara itu, untuk uji coba Ekosistem Driverless, ia merekomendasikan adanya kawasan khusus untuk dilakukannya uji coba kendaraan autonomous, yang menjadi pilot project mini ecosystem driverless transportation.

"Kawasan ini akan menjadi miniatur, untuk menguji secara real kehandalan dari kendaraan otonom, serta kesiapan infrastruktur pendukungnya," pungkas Hammam.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved