Jumat, 3 Oktober 2025

Pertamina Didorong Segera Rampungkan Digitalisasi SPBU

Menurut Deddy, program ini juga sesuai dengan visi Presiden Joko Widodo mengenai keberlanjutan harga BBM satu harga

dok. Pertamina
Menjelang arus balik hari raya Idul Fitri 1440 H, PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region IV Jateng-DIY menyiapkan stok BBM tambahan hingga 247% atau sekitar 700 KL dari rata-rata normal non satgas sebesar 283 KL untuk seluruh SPBU di tol trans Jawa baik yang regular maupun kios pertamina Siaga. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggota Komisi VI DPR RI, Deddy Yevri Sitorus mendorong PT Pertamina segera merampungkan target pelaksanaan program digitalisasi SPBU

Deddy mengatakan, program digitalisasi SPBU diperlukan untuk mengetahui distribusi bahan bakar minyak, khususnya yang bersubsidi, agar tepat sasaran dan tidak disalahgunakan.

Baca: Pertamina Siapkan Investasi Baru untuk Ngebor di Blok Rokan

Menurut Deddy, program ini juga sesuai dengan visi Presiden Joko Widodo mengenai keberlanjutan harga BBM satu harga.

“Ini penting untuk segera dirampungkan targetnya. Digitalisasi SPBU perlu untuk mengetahui jumlah bahan bakar minyak bersubsidi didistribusikan tepat sasaran,” kata Deddy, melalui keterangan persnya, Kamis (31/1/2020).

Anggota Panja BUMN Energi itu menyampaikan, program digitalisasi SPBU itu harus segera dilaksanakan, khususnya untuk SPBU yang berdekatan dengan kawasan industri, pertambangan, dan bisnis skala besar lainnya.

Sebab menurut Deddy, di daerah-daerah yang berdekatan dengan wilayah industri sering terjadi kelangkaan BBM seperti yang terjadi di Kalimantan Utara, Sulawesi, dan daerah lainnya.

Kelangkaan BBM itu dipicu beberapa hal, di antaranya dugaan adanya kecurangan karena BBM bersubsidi di SPBU dijual untuk kebutuhan industri.

Efek domino dari kelangkaan BBM itu sangat merugikan masyarakat karena mengganggu produktivitas dan laju perekonomian rakyat.

“Kelangkaan BBM itu mengakibatkan rakyat harus rela mengantre berkilometer, bahkan menginap berhari-hari untuk mendapatkan BBM,” ujar Deddy.

“Kelangkaan BBM juga menyebabkan angkutan umum dan truk pengangkut produksi rakyat tidak bergerak, sehingga seringkali rusak di lapangan. Jadi efek dominonya sangat terasa di daerah dan sungguh merugikan,” lanjut Deddy.

Terkait digitalisasi SPBU, Deddy yakin program itu akan memudahkan Pertamina menekan kebocoran. Karena masih banyak laporan masyarakat mengenai BBM bersubsidi yang dijual ke industri.

Jika kebocoran dapat ditekan, maka kinerja Pertamina akan lebih efisien dalam hal laba dan melayani kebutuhan masyarakat.

“Banyak laporan soal solar bersubsidi di SPBU sering dijual ke industri. Jika benar BBM bersubsidi itu dijual ke industri, tentu saja mengurangi laba pertamina dan menguntungkan segelintir pemburu rente,” ungkap Deddy.

Rencana menjalankan program digitalisasi SPBU pertamina ini muncul sejak 2018, namun hingga kini belum terlaksana sesuai rencana.

Dari target PT Pertamina (Persero) yang ingin menjangkau 5.518 SPBU, hingga 12 Desember 2019 baru menjangkau 2.539 SPBU.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved