Awas, Banyak Mutiara Abal-abal dari China Beredar di Indonesia
Data International Trade Center menunjukkan bahwa Indonesia di posisi ke lima sebagai negara pengekspor mutiara dengan total transaksi 47,2 juta dolar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) menyebutkan bahwa saat ini produk mutiara asal China mulai muncul di Indonesia. Hal ini menjadi ancaman yang cukup besar bagi industri penghasil mutiara di Indonesia.
Data International Trade Center menunjukkan bahwa Indonesia berada di posisi ke lima sebagai negara pengekspor mutiara dengan total transaksi 47,2 juta dolar AS. Posisi ini berhasil dikalahkan oleh Hongkong China yang menempati urutan pertama sebanyak 483,2 dolar AS.
Ketua Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia Antoni Tanios menyebutkan, di Lombok bermunculan mutiara-mutiara dengan harga yang murah. Mutiara itu disinyalir berasal dari China.
Baca: Kabar Buruk, Pejabat BUMN Ditangkap Densus 88 Ternyata Bukan Orang Sembarangan, Respons Erick Thohir
Hal ini jelas merugikan Indonesia karena market penjualan mutiara lokal bisa lesu. Baca juga: Indonesian Pearl Festival 2019, Promosi Mutiara Lokal Kelas Dunia.
“Di Lombok mutiara banyak tapi harganya tidak masuk akal. Kami bikin Indonesian Pearl Festival supaya buat edukasi ke masyarakat."
"Ini ada mutiara Laut Selatan dan Air Tawar. Air Tawar yang sangat murah,” ungkap Antoni di Gedung Mina Bahari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Gambir Jakarta Pusat Kamis (14/11/2019).
Kemunculan mutiara dari China inipun sekaligus menimbulkan kekhawatiran akan image mutiara di pasar dunia.
Selain kualitasnya berbeda, Turis asing yang membeli mutiara lokal akan tidak percaya lagi dengan kualitas mutiara Indonesia.
“Celakanya kalau turis beli, image-nya (mutiara) Indonesia enggak bagus. Masuknya dengan bentuk manik-manik. Karena harga murah, bisa beli berapa puluh kilo bahkan ton dan ini sangat merusak image kami,” jelas Antoni.
Antoni juga menjelaskan bahwa kualitas mutiara impor lebih jelek daripada mutiara asli. Ini mengingat bahwa proses pengiriman akan menggerus nilai jual mutiara dan menjadikannya mutiara low grade.
Maksudnya, mutiara-mutiara tersebut tidak tampak alami, namun dipolis dan dilapisi sedemikian rupa. Namun tetap saja yang palsu akan cepat pudar daripada mutiara asli.
“Kami dapat kabar ada barang yang diselundupkan dengan memanipulasi data. Sampai saat ini kami belum tau siapa. Mutiara kalau dikirim pakai laut berisiko dan sangat reject,” ungkap Antoni.
Ratna Zhuhri selaku ketua Divisi Marketing Asbumi menyebutkan bahwa di Indonesia mutiara dengan kualitas asli tergerus oleh pasar mutiara impor.
Namun, untuk memitigasi persaingan tidak sehat ini, ia menghimbau agar pemerintah memberi regulasi terkait dengan kriteria mutiara impor yang masuk ke Indonesia.
“Bukannya kita menghalangi mereka (mutiara) masuk ke Indonesia, tapi mereka harus masuk dengan kriteria. Dan kriteria itu belum terjadi saat ini. Seharusnya kita menjadi tuan rumah dari mutiara Laut Selatan yang kita hasilkan dan juga disebut Queen of Pearls,” ungkap Ratna.