Dorong Efisiensi Biaya Operasi, BTN Andalkan E-Learning
BTN menyatakan telah berhasil melakukan efisiensi sebesar Rp 150 miliar tahun ini dengan melakukan digitalisasi dalam pengelolaan SDM.
Untuk program pendidikan BTN telah mendirikan School of Property dan Mini MBA in Property.
“Bank BTN akan membantu bagi yang ingin menjadi entrepreneur di bidang property melalui tahapan pembelajaran untuk bisa menjadi developer masa depan,” ungkap Yossi.
Dia menuturkan, bisnis di bidang properti masih menghadapi berbagai tantangan seperti backlog dan kapasitas penyediaan rumah, namun masih banyak potensi yang dapat dikembangkan untuk memperluas potensi bisnis.
Adapun tantangan sekaligus peluang di sektor properti yakni angka backlog yang masih cukup besar sekitar 11,4 Juta rumah yang menunggu untuk segera diselesaikan.
Penyelesaian backlog perumahan, lanjut Yossi, diharapkan bisa memiliki multiplier effect terhadap 136 subsektor Industri yang berujung pada pertumbuhan PDB.
Selain itu masih ada gap antara kebutuhan rumah baru yakni sekitar 800.000 unit per tahun dengan kapasitas bangun pengembang yang hanya 250.000-400.000 unit per tahun.
Yossi menambahkan dukungan pemerintah baik dari kementerian maupun regulator untuk mendorong sektor properti sangat besar.
Tumbuhnya kelas menengah di Indonesia juga merupakan peluang karena mereka memiliki potensi ekonomi yang besar.
“Rasio Mortgage to GDP Indonesia baru 2,9 persen, berarti masih banyak ruang bisnis perumahan yang bisa dikembangkan,” papar Yossi.
Sementara itu, Rektor UNS Jamal Wiwoho mengungkapkan, era disrupsi telah membuat ketidakpastian terjadi pada dunia usaha. Hal ini bisa terlihat dari bisnis yang dulu berjaya, namun saat ini telah hilang atau terdisrupsi karena perkembangan teknologi.
“Makanya mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan agar bisa beradaptasi dengan era disrupsi. Kalau pun mereka menjadi pengusaha, bisa bersaing dalam kondisi saat ini,” tegas Jamal.
Pada kesempatan yang sama ekonom Indef Bhima Yudisthira menuturkan, untuk menjadi pengusaha yang sukses, mahasiswa perlu melakukan riset pasar.
Hal ini agar mereka memahami peluang kebutuhan konsumen, bisa berkolaborasi dengan keahlian yang beragam serta membentuk tim yang solid.
"Dan pelajari kegagalan dari startup- startup sebelumnya," katanya.