Selasa, 7 Oktober 2025

Respons Sri Mulyani Sikapi Serangan Terhadap Kilang Minyak Arab Saudi

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani angkat bicara terkait serangan yang dilakukan terhadap kilang minyak terbesar di Arab Saudi.

Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Yanuar Riezqi Yovanda
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (16/9/2019). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani angkat bicara terkait serangan yang dilakukan terhadap kilang minyak terbesar di Arab Saudi.

Menurut Sri Mulyani peristiwa tersebut merupakan kejadian pertama.

Sri Mulyani mengatakan, pemerintah terus memantau dampak dari berkurangnya pasokan minyak dunia terhadap perekonomian Indonesia.

"Dari sisi minyak (dunia), ini preseden yang belum pernah terjadi, ini menimbulkan dampak kerentanan dari munculnya serangan tersebut," ujar Sri Mulyani di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (16/9/2019).

Baca: Keluarga Bongkar Watak Sosok Pria Cianjur yang Bakar Motornya Saat Mau Ditilang Polisi

Menurutnya, pemerintah dalam mengelola ekonomi negara banyak dipengaruhi faktor ketidakpastian, seperti perkembangan geopolitik global.

"Sehingga banyak menimbulkan ketidakpastian dari kebijakan pemerintah," kata Sri Mulyani.

Ia menambahkan, akibat serangan tersebut berdampak terhadap terpangkasnya jumlah cadangan minyak yang disuplai Arab Saudi ke seluruh dunia.

Baca: Bowo Sidik Pangarso Mengaku Tidak Pernah Minta Fee dari PT Humpuss

Hal tersebut tentu saja akan berpengaruh terhadap harga minyak dunia.

"Kita lihat kejelasan pemulihan yang muncul, berapa negara lain bisa suplai minyak oleh cadangan mereka, meski ini timbulkan kenaikan harga minyak dalam sehari (ini) atau permanen atau sementara dampaknya," katanya.

Diserang pakai drone

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo pada Sabtu lalu, menyalahkan Iran atas serangan pesawat tak berawak yang terjadi baru-baru ini di ladang minyak Saudi Aramco.

Ia mendesak masyarakat internasional untuk secara terbuka dan tegas mengutuk serangan yang ia klaim dilakukan Iran.

Bahkan Pompeo menuding Presiden Iran Hassan Rouhani dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif tengah 'berpura-pura' mengadakan jalur diplomasi.

"Iran berada di balik hampir 100 serangan terhadap Arab Saudi, sementara Rouhani dan Zarif berpura-pura terlibat dalam diplomasi," kata Pompeo.

Baca: BMKG: 3 Daerah di Ambon dan Sekitarnya Tak Dilanda Hujan Besok Senin 16 September 2019

Baca: Pesawat CN 295 dan Hercules Disiapkan untuk Bikin Hujan Buatan di Riau

Baca: Fakta Mendiang Tienuk Riefki, Maestro Perias Kepercayaan Keluarga Cendana, Cikeas hingga Keraton

"Di tengah semua seruan untuk eskalasi, Iran kini telah meluncurkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pasokan energi dunia, tidak ada bukti serangan dari Yaman,".

Sedangkan Iran belum menanggapi tudingan tersebut.

Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (15/9/2019), sebelumnya pada Sabtu lalu, Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman mengatakan kepada Presiden AS Donald Trump dalam panggilan teleponnya bahwa kerajaannya siap dan mampu menghadapi agresi teroris ini.

Seperti yang dikutip dari media setempat, Saudi Press Agency (SPA).

Trump kemudian menegaskan, AS akan bersekutu dengan Arab Saudi dan mendukung tindakan yang akan diambil kerajaan tersebut.

Ia menekankan apa yang disebutnya sebagai dampak negatif serangan terhadap AS dan ekonomi global.

Perlu diketahui, kebakaran melanda kilang minyak Abqaiq, sebuah fasilitas produksi yang selama ini terjaga keamanannya.

Tidak hanya itu, fasilitas pemrosesan minyak di dekat ladang minyak Khurais yang terletak 100 mil di Timur Riyadh pun turut terbakar pada Sabtu pagi waktu Arab Saudi.

Gerakan oposisi bersenjata Yaman Houthi mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.

Menurut sebuah pernyataan yang disampaikan pasukan bersenjata Houthi dan disiarkan saluran TV Almasirah, kelompok itu menyerang kilang minyak Abqaiq dan Khura menggunakan 10 drone.

Itu menjadi operasi terbesar Houthi di wilayah Saudi hingga saat ini.

Serangan disebut akan berlanjut sampai Arab Saudi berhenti melakukan operasi militer di Yaman.

Peristiwa kebakaran tersebut diduga terjadi saat pasukan bersenjata Houthi melakukan serangan pesawat tak berawak ke ladang minyak dan kilang Shaybah di Arab Saudi.

Hal itu mendorong dilakukannya serangan balasan oleh Saudi pada target di Yaman Utara.

Sejak 2015 lalu, Yaman memang dilanda perang yang melibatkan pasukan pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Abdrabuh Mansour Hadi yang diasingkan dengan gerakan pemberontak Houthi.

Koalisi yang dipimpin Saudi pun telah melakukan serangan udara terhadap Houthi atas permintaan Hadi, sejak Maret 2015 lalu.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved