Sri Mulyani Catat Desifit APBN Januari 2019 Bengkak jadi Rp. 45,8 Triliun
n. Besaran pendapatan dan belanja negara hingga tahun ini sama-sama mengalami pertumbuhan dibanding periode sebelumnya.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI mencatat, defisit Anggaran Penerimaan dan Belanja negara (APBN) hingga akhir Januari 2019 mencapai Rp. 45,8 triliun atau sekira 0,28 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 37,7 triliun atau 0,25 persen dari PDB.
"Defisit APBN Januari 2019 tercatat sebesar Rp 40,58 triliun, lebih besar dari periode sama tahun lalu Rp 37,7 triliun," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani di kantor Kemenkeu, Jakarta, Rabu (20/2/2019).
Sri Mulyani memaparkan, defisit ini diperoleh dari selisih antara pendapatan negara sebanyak Rp 108,1 triliun dan belanja negara sebesar Rp 153,8 triliun. Besaran pendapatan dan belanja negara hingga tahun ini sama-sama mengalami pertumbuhan dibanding periode sebelumnya.
"Penerimaan negara tumbuh 6,2 persen dan belanja negara tumbuh 10,3 persen. Dengan demikian, defisit APBN Rp45,8 triliun, lebih besar dari tahun lalu Rp37,7 triliun," jelasnya.
Baca: Livery Decal Branding Xpander Kini Nempel di Badan Pesawat Boeing 737-800 NG Garuda
Dari sisi penerimaan, pertumbuhan ditopang oleh penerimaan perpajakan yang tercatat Rp 89,8 triliun atau 5 persen dari target APBN 2019. Sementara Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 18,3 triliun atau 4,8 persen dari target, lebih rendah dari capaian tahun lalu.
Baca: Sudirman Said Ungkap Pertemuan Rahasia Jokowi dan Bos Besar Freeport, James Moffet
Adapun belanja negara turut didorong oleh belanja pemerintah pusat sebanyak Rp 76,1 triliun dan transfer ke daerah yang mencapai Rp77,4 triliun atau 10,2 persen terhadap APBN 2019.
Guna menutup defisit APBN, Sri Mulyani mengatakan pemerintah telah merealisasikan pembiayaan anggaran senilai Rp. 122,5 triliun. Angka ini melonjak dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp. 27,6 triliun.
"Posisi pembiayaan anggaran terealisir Rp. 122,5 T karena ada frontloading (memperbesar penerbitan SUN) dalam rangkaa antisipasi kondisi pasar dan kesempatan cukup preferable pada Januari ini. Ini juga untuk mengantisipasi ketidakpastian global," pungkasnya.