Defisit Neraca Pembayaran Berpotensi Tekan Kurs Rupiah
Bank Indonesia (BI) mencatat, NPI kuartal II-2018 mengalami defisit US$ 4,3 miliar
Laporan Reporter Kontan, Ghina Ghaliya Quddus
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sulit mengharapkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) tahun ini bisa ke level Rp 13.000.
Tekanan terhadap mata uang garuda di semester kedua kian berat. Itu tampak dari kian melebarnya defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2018.
Bank Indonesia (BI) mencatat, NPI kuartal II-2018 mengalami defisit US$ 4,3 miliar, naik 11,78% dibanding periode sebelumnya.
Sedangkan pada kuartal II-2017, NPI surplus US$ 739 juta.
Kenaikan defisit NPI itu akibat defisit transaksi berjalan atawa current account deficit (CAD) yang lebar menjadi US$ 8,03 miliar atau 3% dari produk domestik bruto (PDB).
Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar US$ 5,7 miliar atau 2,2% PDB.
Defisit CAD 3% merupakan batas tertinggi yang perlu pemerintah dan BI waspadai.
Pasalnya, angka defisit tersebut menunjukkan, derasnya aliran dollar AS ke luar negeri.
Tentu, itu berpotensi memperbesar tumpukan liabilitas neto pada operasi luar negeri, sehingga risiko sektor keuangan pun meningkat.
Meski demikian, Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Yati Kurniati menegaskan, data NPI secara kumulatif selama semester pertama tahun ini masih aman.
"Sampai semester I-2018, defisit transaksi berjalan masih berada dalam batas yang aman yaitu 2,6% dari PDB," katanya, Jumat (10/8/2018).
BI juga menilai, defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 seiring aktivitas ekonomi domestik yang meningkat, serta penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah kenaikan defisit neraca dagang migas.
"Pada kuartal kedua tahun ini, sesuai pola musimnya, terjadi peningkatan pembayaran dividen, sehingga turut meningkatkan defisit neraca pendapatan primer," jelas Yati.
Sedang pada transaksi modal dan finansial terdapat peningkatan surplus. Ini menandakan optimisme investor asing dan domestik terhadap kinerja perekonomian domestik.
Yati bilang, surplus dari investasi langsung sejalan dengan kegiatan investasi domestik yang kuat dan menjadi sumber utama pembiayaan CAD.