BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 5,2 Persen di Triwulan II 2018
Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua 2018 sebesar 5,2 persen.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua 2018 sebesar 5,2 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menilai, beberapa indikator pertumbuhan ekonomi sejak triwulan pertama 2018 diprediksi akan tetap bertahan.
“Triwulan II, pertumbuhan ekonomi kami proyeksi 5,2 persen,”kata Perry saat ditemui akhir pekan lalu, Jumat (8/6/2018) di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta.
Perry menjelaskan, beberapa faktor yang bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi di antaranya adalah kebijakan fiskal yang mendorong konsumsi seperti Tunjangan Hari Raya (THR) maupun gaji ke-13.
“Beberapa faktor di triwulan II seperti kebijakan fiskal kan mendoonrg untuk konsumsi apakah dengan gaji ke-13 maupun yang lain,” jelasnya.
Selain itu, kata Perry ekspor yang cukup baik dan kelanjutan invetasi swasta yang tumbuh sebesar 7,9 persen pada tiga bulan pertama tahun ini dinilai akan terus bertahan.
“Kami melihat gelat ekonomi terus meningkat setiap triwulannya,” kata Perry.
Hal tersebut tercermin dari survei eceran yang dilakukan bank sentral yang mengindikasikan pertumbuhan penjualan eceran lebih tinggi.
Tercatat, penjualan eceran pada April 2018 tumbuh 4,1 persen secara tahunan dari yang hanya 2,5 persen pada Maret 2018.
Baca: Butuh Banyak Pilot, Garuda Berencana Rekrut dari Penerbang TNI AU
Sejumlah barang yang catatkan penjualan cukup tinggi misalnya makanan, minuman, dan tembakau, lalu Bahan Bakar Minyak (BBM).
Selain itu, survei konsumen BI juga mengindikasikan optimisme konsumen yang meningkat di Mei 2018. Hasil survei konsumen yang dilakukan oleh BI menunjukkan, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2018 naik 2,9 poin ke level 125,1.
“Konsumen memang jadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan II, itu terlihat dari penujulan eceran maupun konsumsi,” imbuh Perry,
Namun menurut Perry, untuk konsumsi pada triwulan kedua 2018 diprediksi belum akan menembus level 5 persen.