Sri Mulyani Senang, Ekonomi RI Masih Positif Positif di Triwulan I 2018
“Kami melihat kuartal I 2018 positif, investasi di atas 7 persen ini bagus,” ujar Sri Mulyani di Kantor Kementerian Keuangan, Senin (7/5/2018).
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama 2018 sebesar 5,06 persen masih positif. Hal tersebut terlihat dari naiknya pertumbuhan investasi sebesar 7,9 persen.
Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi triwulan pertama 2018 lebih tinggi dari periode yang sama di tahun sebelumnya yakni sebesar 5,01 persen.
Tercatat, nilai investasi baik domestik maupun asing pada tiga bulan pertama 2018 mencapai Rp 185,3 triliun atau tumbuh 11,8 persen dari triwulan I 2017.
“Kami melihat kuartal I 2018 positif, investasi di atas 7 persen ini bagus,” ujar Sri Mulyani di Kantor Kementerian Keuangan, Senin (7/5/2018).
Sri mengungkapkan, naiknya pertumbuhan investasi di tiga bulan pertama 2018 juga dibarengi dengan pertumbuhan ekspor di atas 6 persen. Ia pun mengharapkan, ekspor bisa lebih tinggi lagi.
Namun demikian, kata dia, pertumbuhan impor pada triwulan pertama 2018 tercatat lebih tinggi yakni 12 persen dibandingkan ekspor.
“Ini yang menjadi faktor negatif pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2018, impor lebih tinggi,” imbuh dia.
Sri melanjutkan, pertumbuhan konsumsi diprediksi akan kembali terkerek pada triwulan kedua 2018, hal itu lantaran adanya Lebaran, pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR).
Baca: Rupiah Makin Loyo, Sumber di Istana Ungkap Ide Ubah Sistem Kurs Mata Uang
Baca: Peringatan BPOM: Hat-hati, Jangan Termakan Iklan Obat dan Kosmetik di Online
Selain itu, pembayaran THR dan gaji ke-13 juga berbarengan dengan perayaan hari besar keagamaan, biasanya akan mengerek tingkat konsumsi. Selain itu, adanya pesta olahraga Asian Games 2018 pada Agustus mendatang akan memberikan dampak yang positif di triwulan ketiga 2018
Dorong Ekspor
Sri mengungkapkan, pemerintah berfokus untuk meningkatkan investasi dan mendongkrak ekspor. Untuk mengerek pertumbuhan ekspor tersebut, pemerintah akan menggandeng pihak swasta.
Dia menilai, di tengah pelemahan nilai tukar rupiah, masih banyak komoditas ekspor di Indonesia yang masih belum elastis terhadap nilai tukar.
“Presiden sudah meminta gara pertumbuhan ekspir lebih tinggi,” ungkapnya.