Jumat, 3 Oktober 2025

Eksekutif di Singapura dan China Digaji Lebih Mahal Ketimbang Kolega Mereka di Jepang

Sistem gaji berbasis senioritas menjadi salah satu penyebab rendahnya gaji di Jepang.

Editor: Choirul Arifin
BUSINESS INSIDER
Dalam edisi terbaru survei gaji tahunan, Hays menemukan, China, Hong Kong dan Singapura menjadi tempat yang menawarkan gaji lebih baik untuk para profesional terampil ketimbang Jepang. 

Laporan Reporter Kontan, Avanty Nurdiana

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Menjadi eksekutif perusahaan di negara maju seperti Jepang ternyata tidak menjamin bisa mendapatkan penghasilan lebih baik. Sebuah survei menyebutkan, eksekutif di Jepang menerima gaji lebih rendah dari rekan-rekannya di wilayah Asia.

Menurut penelitian perusahaan rekrutmen karyawan, Hays, para pencari kerja profesional yang mencoba mencari pekerjaan baru banyak menyebut gaji menjadi salah satu motivasi mereka.

Dalam edisi terbaru survei gaji tahunan, Hays menemukan, China, Hong Kong dan Singapura menjadi tempat yang menawarkan gaji lebih baik untuk para profesional terampil ketimbang Jepang.

Sementara staf pendukung seperti gaji untuk resepsionis dan asisten administrasi di Jepang lebih baik dari negara lain.

Survei Hays menyebutkan, jabatan chief financial officer (CFO) di Singapura maksimal digaji 51,9 juta per tahun.

Sedangkan CFO di China mendapat gaji 51,3 juta dan di Hong Kong 42,3 juta. Sedangkan jabatan sama di Jepang hanya mendapat bayaran 30 juta setahun.

Gaji pekerja profesional di Jepang sebetulnya sudah naik. Ini setelah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe meminta perusahaan membayar gaji lebih banyak bagi para pekerjanya.

Sebuah survei menyebutkan, pekerja di Jepang mendapatkan kenaikan pendapatan sebesar 1% pada tahun ini.

Meski begitu, masalah kekurangan tenaga kerja yang cukup besar masih menjadi masalah utama di Jepang. Sebab, jumlah populasi yang menua di Jepang makin membesar.

Baca: Porsche dan Audi Akan Produksi Mobil Listrik Bersama demi Pangkas Biaya

Baca: Fakta Baru Laka Maut di Tanjakan Emen: Sopir Sempat Keluhkan Rem Bus

Hampir dua pertiga responden di Jepang yang disurvei Hays mengatakan tidak merasa puas dengan gaji mereka. Angka ketidakpuasan meningkat 53% dari tahun sebelumnya. Hays juga menyebutkan, ini pertama kali di Jepang, alasan orang untuk keluar dari pekerjaan lantaran gaji.

Hays melakukan jajak pendapat terhadap 3.500 orang di seluruh China, Hong Kong, Singapura, Jepang dan Malaysia. Hays telah mendata lebih dari 3.000 organisasi.

"Tenaga kerja semakin global. Jadi untuk menarik dan mempertahankan orang-orang terbaik, Anda harus siap membayar gaji lebih kompetitif," kata Marc Burrage, Managing Director Hays Jepang seperti dikutip Bloomberg.

Sistem gaji berbasis senioritas menjadi salah satu penyebab rendahnya gaji di Jepang.

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved