Sri Mulyani Janjikan Harga BBM, Tarif Listrik dan Elpiji Tidak Naik Tahun Depan
Dalam Rancangan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018, pemerintah mengalokasikan belanja subsidi sebesar Rp 172,41 triliun.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menilai, asumsi pemerintah masih masuk akal. Harga minyak dunia kemungkinan masih stagnan di kisaran US$ 45-US$ 50 per barel.
"Bisa saja harga BBM tetap, tapi yang perlu diperhatikan aspek keuangan Pertamina, karena di level saat ini, Pertamina sudah harus menalangi selisih harga, yang seharusnya sudah disesuaikan (dinaikkan) beberapa bulan lalu," ujar Pri Agung.
Pengamat Energi dan Direktur Energy Watch Mamit Setiawan berpendapat, keyakinan pemerintah tak menaikkan harga BBM tahun depan bermuatan politis dan bisa mengorbankan Pertamina.
"Pertamina sudah terbebani kebijakan BBM satu harga. Pertamina merugi Rp 3,3 triliun tahun ini karena program satu harga," ujar Mamit.
Dengan potensi konflik antara Amerika Serikat dan Korea Utara, serta masalah di Timur Tengah, Mamit prediksi harga minyak dunia tahun depan akan mencapai US$ 52 triliun.
Tanpa penyesuaian harga BBM, beban Pertamina semakin besar.
Hanya saja, sejauh ini Pertamina masih mencatatkan keuntungan besar. Pada kuartal I-2017, Pertamina mampu mengantongi laba US$ 780 juta.
Dengan kurs rupiah Rp 13.400 per dollar AS, maka untung Pertamina kuartal I-2017 mencapai Rp 10,45 triliun.
Reporter: Adinda Ade Mustami, Ghina Ghaliya Quddus