Jumat, 3 Oktober 2025

Tawarkan Biaya Operasional Lebih Rendah, Bali Jadi Masa Depan Industri Start Up Dunia

"Kondisi ini cukup menguntungkan bagi kita. Oleh karena itu pemerintah dan sektor swasta harus bersiap untuk merangkul mereka."

Penulis: Choirul Arifin
PLACE IN BALI
Proyek properti office resort CREA - The Nusa Dua 24/7 Resort Office akan dibangun di The Nusadua, Bali, tahun ini di atas lahan seluas sekitar 6500 m2 dengan total luas bangunan sekitar 12.000 m2. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Baru-baru ini jaringan televisi berbayar asal Amerika Serikat, CNBC, merilis informasi tentang banyaknya industri start-up yang angkat kaki dari Silicon Valley.

Jaringan televisi yang menjadi panduan bagi pebisnis dunia itu mengungkap, para pelaku usaha rintisan tak kuat menanggung beban operasional di pusat industri start-ups bidang teknologi dunia itu.

Survei Price Waterhouse Coopers (PWC) dan CB Insights/Money Tree juga menyebutkan, dana investasi di Lembah Silicon turun 28 persen, lebih rendah dari penurunan nilai investasi global yang mencapai besaran 23 persen.

Ditambah lagi pangsa pasar perusahaan bernilai lebih dari U$ 1 miliar, Unicorn, yang berada di luar Amerika Serikat meningkat dari 30 persen di tahun 2013 menjadi 58 persen di tahun lalu.

Negara di Asia Tenggara kini jadi bidikan barui bagi pelaku start up lantaran menawarkan berbagai kelebihan. Antara lain, biaya investasi yang lebih murah.

Pangsa pasar di kawasan ini sedang bertumbuh pesat seiring dengan perbaikan infrastruktur serta keberhasilan mengatasi perbedaan waktu bisnis. Di Asia Tenggara, Singapura menjadi tujuan utama, disusul Bali sebagai opsi kedua. 

“Kenyataanya, Bali justru mendapat tanggapan terbaik dibandingkan dengan Singapura,” ungkap konsultan properti dari Keller William Casablanca, Tony Eddy mengacu pada perbandiugan biaya operasonal di tiga negara.

Dengan budget USD 500,000 dollar, pelaku bisnis pemula hanya mampu bertahan selama 6 bulan di Silicon Valley. Di Singapura, nafas mereka lebih panjang dengan budget yang sama, yaitu mencapai 9 bulan.

Sedangkan di Bali, mereka bisa bertahan dua tahun plus liburan setiap hari, bonus pangsa pasar yang terus bertumbuh, infrastruktur makin baik, dan kelebihan lainnya.

Dengan kondisi tersebut, diperkirakan industri start-up akan semakin tumbuh di Pulau Dewata ke depannya. Peluang ini ditangkap pemerintah Indonesia dengan memberi kemudahan bagi para pelaku bisnis, khususnya para pemilik perusahaan start up.

"Kondisi ini cukup menguntungkan bagi kita. Oleh karena itu pemerintah dan sektor swasta harus bersiap untuk merangkul mereka," sebut Tony Eddy, Chief Project Sales & Marketing Advisor.

Prospek bagus Bali sebagai lokasi industri rintisan inilah yang membuat PT Agung Panorama Propertindo (APP), tertarik membangun proyek properti office resort CREA - The Nusa Dua 24/7 Resort Office di The The Nusadua, Bali.

Proyek properti ini dibangun di atas lahan seluas sekitar 6500 m2 di dalam kawasan BTDC Nusadua Bali, dengan total luas bangunan sekitar 12.000 m2. Total kapitalisasi pasar dari project CREA sekitar Rp 300 milliar.

"Proses kontruksi proyek ini diperkirakan akan selesai sebelum Oktober 2018, bersamaan dengan akan diselenggarakannya pertemuan Badan Moneter Internasional (IMF) yang akan dihadiri puluhan kepala negara di The Nusadua, Bali," ungkap Joseph Effendy BBA, Direktur Utama CREA.

CREA - The Nusa Dua 24/7 Resort Office dilengkapi dengan 24 Hours Business Center & Conference Rooms dengan high speed internet, modern co-working space, art gallerry, upper class restaurants & cafes, entertainment stage, wine dan cigar bar, sampai local and international food promenade.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved