Selasa, 30 September 2025

KPPU Tolak Permintaan Kementerian Pertanian Lanjutkan Afkir Dini

KPPU menginginkan adanya penyelesaikan masalah ini secara fundamental.

Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Sejumlah peternak ayam yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Penyelamatan Peternak Rakyat dan Perunggasan Nasional bersama mahasiswa dari BEM IPB membawa ayam dan spanduk-spanduk saat berunjukrasa di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Selasa (1/3/2016). Dalam aksinya mereka mendesak pemerintah menstabilkan harga ayam dipasaran yang kini sedang anjlok. Peternak juga membagikan ayam kepada warga sebagai simbol protes. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menilai, permintaan Kementerian Pertanian (Kemtan) untuk melanjutkan afkir dini tidak dapat diterima.

Wasit Persaingan Usaha ini meminta agar Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian melakukan audit kepemilikan ayam dari para industri ayam terlebih dahulu. Setelah itu, baru akan diputuskan kebijakan apa yang akan dilakukan.

Ketua KPPU M.Syarkawi Rauf mengatakan, pihaknya telah menerima surat Ditjen PKH. Ia mengatakan, KPPU tidak mungkin merestui permintaan untuk melanjutkan afkir dini sebelum Kemtan melakukan audit menyeluruh terhadap kepemilikan Grand Grand Parent Stock (GGPS), Grand Parent Stock (GPS), Parent Stock (PS) dan Day Old Chicken (DOC).

"Sebab, KPPU menginginkan adanya penyelesaikan masalah ini secara fundamental. Tujuannya agar tidak muncul dikemudian hari dan saat ini adalah momentum perbaikan itu," ujarnya kepada KONTAN, Senin (7/3).

Syarkawi mengatakan, ketika dilakukan afkir dini sebanyak 3 juta ekor, telah menimbulkan gejolak harga ayam di pasar. Selain itu, harga DOC juga mahal sampai Rp 5.800 - Rp 6.000 per ekor. Selain mahal, DOC juga langka dan kurang.

Kondisi ini sangat merugikan peternak ayam mandiri. Di sisi lain, tindakan afkir dini tidak memiliki dasar hukum sehingga rawan disalahgunakan.

KPPU juga meminta agar Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan permohonan Judical Review Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 yang memberikan kebebasan bagi industri untuk budidaya ternak dan menghapus kewajiban industri ternak untuk ekspor.

Padahal, KPPU meminta agar kewenangan budidaya ternak harusnya diserahkan ke peternak mandiri dan industri ayam diwajibkan untuk ekspor sehinga tidak terjadi persaingan tidak sehat antara peternak mandiri dengan industri besar.

Reporter: Noverius Laoli

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan