Sabtu, 4 Oktober 2025

Gejolak Rupiah

Menguat, Spekulasi Kenaikan Suku Bunga AS

Negara-negara di dunia harus bersiap-siap dengan efek kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun ini.

Editor: Hasanudin Aco
WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN
Layar menunjukan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta Selatan, Jumat (18/9/2015). Setelah bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) memutuskan menahan suku bunga, pergerakan IHSG pada penutupannya naik tipis 4 poin. WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN 

TRIBUNNEWS.COM, AS - Negara-negara di dunia harus bersiap-siap dengan efek kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun ini.

Gubernur Bank Sentral AS alias The Federal Reserve Janet Yellen mengatakan, ekonomi Negeri Paman Sam mulai pulih dan sedang berada di jalur untuk menaikkan suku bunga.

Wanita berusia 69 tahun ini berpidato seminggu setelah pertemuan The Federal Open Market Committe (FOMC) di pekan lalu, memutuskan belum menaikkan bunga.

"Kebanyakan peserta FOMC termasuk saya sendiri mengantisipasi bahwa kondisi saat ini memerlukan kenaikan bunga tahun ini diikuti dengan pengetatan," ujar Yellen di Massachussetts.

Pada bulan ini, Bank Sentral AS melewatkan kesempatan menaikkan suku bunga. Prediksi pasar bahwa suku bunga AS akan naik pada September ini meleset. Sembilan anggota komite kebijakan The Fed memilih mempertahankan suku bunga pada tingkat 0%-0,25%.

Salah satu anggota pengambil kebijakan The Fed, Jeffrey Lacker mendukung kenaikan suku bunga 0,25% di bulan September. Namun, Presiden The Federal Reserve Bank of Atlanta, Dennis Lockhart mengatakan, ia lebih menyukai mempertahankan suku bunga mendekati nol persen. Sebab, Lockhart khawatir volatilitas pasar keuangan merupakan gejala dari masalah ekonomi yang lebih luas.

Lockhart ingin melihat data ekonomi AS paling baru. Ia puas bahwa pasar tenaga kerja AS meningkat cukup tajam. Ini merupakan pertanda untuk memulai menaikkan suku bunga.

"Mengingat kemajuan yang kami buat, saya melihat langkah yang tepat selanjutnya secara bertahap menaikkan suku bunga kemungkinan besar di akhir tahun ini," ujar John Williamns, Presiden Federal Reserve Bank of San Fransisco

Meski data-data ekonomi AS mendukung, Yellen masih gamang. Orang nomor wahid di Bank Sentral AS ini mengatakan, jika kondisi ekonomi AS berbalik arah, penilaian tentang kebijakan moneter juga bisa berubah. Keputusan menaikkan suku bunga akan diambil sepanjang data-data ekonomi AS cukup kuat menopang inflasi. Bank Sentral AS menargetkan angka inflasi AS di tahun ini bisa mencapai 2%.

Tapi, pertumbuhan ekonomi China yang diperkirakan di bawah 7% tahun ini telah menekan harga komoditas dan melemahkan inflasi. Bank Sentral AS memang memakai patokan data inflasi untuk memutuskan kenaikan suku bunga. "Perkembangan ekonomi dan keuangan global terbaru bisa menahan aktivitas ekonomi," ungkap Yellen.

Kegalauan Yellen ini membuat negara-negara berkembang was-was. Spekulasi kenaikan bunga The Fed sejak akhir tahun lalu telah merontokkan pasar saham dan indeks bursa beberapa negara.

Bank Dunia baru-baru ini mengingatkan negara-negara berkembang agar mempersiapkan diri menghadapi turbulensi keuangan ketika The Fed mengerek suku bunga. Lembaga keuangan dunia ini memprediksi ada gangguan arus modal ke negara berkembang yang bisa merugikan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan.

The Fed akan bertemu lagi pada 27 Oktober dan 28 Oktober. Pertemuan terakhir tahun ini bakal digelar pada tanggal 15 dan 16 Desember mendatang. Kita lihat, apakah bunga The Fed jadi naik atau kembali menjadi spekulasi.

Penulis: Fitri Nur Arifenie

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved