Gejolak Rupiah
Pelemahan Rupiah Tak Ganggu Produsen Tahu Tempe
Produsen tahun dan tempe Indonesia belum berencana menaikkan harga jualnya
Penulis:
Seno Tri Sulistiyono
Editor:
Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produsen tahun dan tempe Indonesia belum berencana menaikkan harga jualnya, walaupun kebutuhan bahan bakunya yakni kedelai diimpor dari Amerika Serikat.
Ketua II Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakopti) Sutaryo mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini tidak membuat harga kedelai menjadi tinggi, karena harga kedelai ditentukan oleh empat faktor.
Sutaryo merincikan, pertama harga kedelai ditentukan oleh bursa Chicago yang merupakan komoditas kedelai dunia, dimana saat ini sedang mengalami penurunan harganya. Kedua, harga minyak dunia. Ketiga, persoalan supply dan demand. Keempat, yaitu rupiah terhadap dolar AS.
"Sekarang kan hanya faktor keempat saja, dolar menguat. Faktor ketiga lainnya kan tidak ada yang membuat harga kedelai naik, harga minyak dunia turun, supply ke daerah juga aman. Jadi tidak ada kenaikan harga atau penutupan pabrik tahu tempe," ujar Sutaryo saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (8/9/2015).
Menurut Sutaryo, harga kedelai sekarang masih terbilang murah walaupun telah mengalami kenaikan Rp 500 dari posisi dua bulan lalu menjadi Rp 7.300 per kilo gram. Harga tersebut, jauh lebih murah dibandingkan posisi akhir tahun 2014 yang mencapai Rp 8.400 per kilo gram.
"Harga sekarang selisihnya Rp 900 dari harga di akhir 2014, kalaupun ada kenaikan juga landai tidak besar, tapi kita berharap pemerintah bisa memberikan insentif kepada petani kedelai agar produktivitasnya meningkat dan kita tidak terlalu bergantung dengan impor," tuturnya.