Sabtu, 4 Oktober 2025

BreadTalk Indonesia Menyulap Roti Jadi Koleksi Gaun yang Kaya akan Detail

Sebagai bentuk perayaan hari jadinya yang ke-12, BreadTalk Indonesia menghadirkan ekshibisi bertajuk "Fashion Bread Exhibition".

Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Dewi Agustina
Tribunnews.com/Daniel Ngantung
Sebagai bentuk perayaan hari jadinya yang ke-12, BreadTalk Indonesia menghadirkan ekshibisi bertajuk Fashion Bread Exhibition. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Membuat gaun dari material kain sudah biasa. Bagaimana bila gaun terbuat dari roti segar? Ini baru boleh dibilang unik.

Sebagai bentuk perayaan hari jadinya yang ke-12, BreadTalk Indonesia menghadirkan ekshibisi bertajuk "Fashion Bread Exhibition".

Berlangsung pertama kali di Kota Kasablanka, pameran ini memamerkan koleksi gaun yang terbuat dari roti.

Adalah Tina Andrean, CEO BreadTalk Indonesia, yang pertama kali mencetuskan ide "menyulap" roti menjadi sebuah koleksi gaun yang kaya akan detail.

"Seiring perkembangannya, BreadTalk Indonesia seolah menjadi produk yang fashionable, terlihat dari packaging dan desain interior toko kami. Dari situ, muncullah ide ini," ungkap Tina saat acara pembukaan ekshibisi sekaligus penobatannya oleh Museum Rekor Dunia Indonesia, Selasa (18/8/2015) petang.

Koleksi ekshibisi terdiri dari 11 gaun malam dan 1 koleksi aksesori yang mewakili berbagai pilihan aksesori seperti tas,clutch (tas dompet) dan sepatu. Adapun hasil penjumlahan dua angka tersebut mewakili umur BreadTalk Indonesia saat ini.



Untuk setiap gaunnya, Tina sebagai creative director, mengusung tema yang berbeda-beda, di antaranya Pocahontas, One Thousand Roses, Balerina, Parang, Star Trek, Maleficent, dan All in One Dress.

Adapun tema tersebut ia pilih karena familiar di telinga masyarakat sehingga mudah diingat. Setiap gaun hadir dalam desain yang unik dengan keindahan detail sebagai benang merahnya.

Gaun Star Trek misalnya. Disebut Star Trek lantaran gaun yang memakan proses pembuatan hingga tujuh hari itu dihiasi deretan French Stick Baguette yang melingkar mengelilingi gaun. Dibutuhkan 128 potong roti untuk membuat gaun bergaris leher asimetris.

Lalu ada gaun roti Maleficent yang inspirasinya datang dari karakter Disney yang pernah dibintangi Angelina Jolie. Keunikan terletak pada tanduk yang menjadi penghias gaun tersebut.

Dari 11 gaun, Tina menunjuk gaun pengantin One Thousands Roses yang tersulit dibuat karena begitu banyak detail-detail roti berbentuk bunga mawar dan daun yang harus dipasang.

Proses pembuatannya saja memakan hingga tujuh hari. Sementara roti yang digunakan berjumlah 879 potong dan terdiri dari Rose Bread, Mini Rose Bread, Ciabatta Leaf, dan Mini Himalaya.

"Total hampir 6.000 roti kami gunakan. Sementara, proses perangkaian seluruh koleksi saja memakan waktu tiga bulan," ungkap desainer yang telah mewarnai industri mode Tanah Air sejak 1980an itu.

Meski memiliki latar belakang sebagai desainer busana, Tina mengaku, menciptakan sebuah pakaian dari adonan roti tentunya jauh berbeda dan penuh tantangan ketimbang gaun yang terbuat dari kain.  

Menurut desainer yang fokus mendesain gaun pengantin itu, kendala datang saat proses perangkaian.

Tidak seperti kain, roti harus "dijahit" dengan lem khusus dan kawat bukan jarum karena lebih kuat untuk menahan beban roti. Tapi sebelum itu, roti harus dibor terlebih dahulu agar kawat mudah masuk.

Konsekuensinya roti rentan pecah karena teksturnya yang ringkih sehingga perlu kesabaran dan ekstra hati-hati saat merangkai.

Dalam perangkaian, Tina dibantu seorang perangkai bunga yang juga kawan lamanya semasa SMA, Inneke Elizabeth Turangan. Selain itu, Tina juga mengerahkan sebuah tim yang terdiri dari 4 hingga 5 orang, termasuk chef bakery.

Untuk meminimalkan kerusakan, maka roti harus melalui proses pemanggangan sekaligus pengeringan agar teksturnya lebih kokoh dan tahan lama.

Chef Joy Smile Wise, salah seorang chef bakery BreadTalk Indonesia yang bertugas membuat roti untuk proyek ini, mengatakan, seluruh gaun terbuat fresh bread atau roti segar yang berarti bebas bahan pengawet.

"Kami menggunakan fresh bread yang kandungan garamnya cukup tinggi. Garam berperan sebagai pengawet alami," kata Chef Joy.

Ia menambahkan, suhu ruangan turut menentukan umur dan kualitas roti. Oleh karena itu, gaun roti harus disimpan di dalam ruangan ber-AC agar roti tidak cepat berjamur.  

Pada awal pengerjaan, Tina dan tim melalui banyak trial and error. Belum lagi kendala-kendala lain mulai dari tikus-tikus yang siap menggerogoti gaun roti hingga logistik atau pemindahan gaun roti tersebut dari satu ke tempat lainnya.

Namun dengan semangat dan tekat yang kuat, akhirnya istri dari penata rambut kondang Johnny Andrean berhasil merealisasikan idenya.

"Saya berharap, setidaknya koleksi ini dapat menginspirasi anak-anak muda Indonesia untuk berani membuat sebuah breakthrough atau sesuatu yang belum pernah ada. Kita harus kreatif apalagi di tengah kondisi perekonomian yang sedang lesu ini. Perlu anak bangsa yang kreatif untuk membangkitkan kembali Indonesia," seru Tina.

Atas keunikan ekshibisi serta niat Tina dan BreadTalk Indonesia itu, MURI memberikan gelar Rekor Peragaan Busana & Aksesori dengan Roti Terbanyak.

"Tidak hanya yang pertama di Indonesia, tapi saya rasa juga di dunia," puji Jaya Suprana, Ketua Umum MURI.

"Fashion Bread Exhibition" hadir di Kota Kasablanka, 19 hingga 23 Agustus 2015. Rencananya, ekshibisi ini akan berlanjut di tempat lainnya di Jabodetabek hingga Desember mendatang. (Daniel Ngantung)

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved