Rumah Sakit Siloam Ekspansi ke ASEAN
Bayangkan Ini: Dokter Australia, Pasien Australia, Rumah Sakitnya di Bali
Indonesia adalah "the biggest outbound global medical tourism country source."
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dahlan Dahi, dari Yangon, Myanmar
TRIBUNNEWS.COM - Terbang dari Perth (Australia) ke Denpasar (Bali) hanya 1 jam 20 menit.
Dengan jam penerbangan sependek itu, warga Australia bisa menikmati pelayanan kesehatan kelas satu tapi dengan biaya 65 persen lebih murah.
Itu berarti membayangkan bahwa warga Australia yang sakit berobat ke Bali.
Masalahnya, mungkin, warga Australia tidak percaya dengan kualitas dokter Indonesia.
Oke, tidak masalah. Datangkan saja dokter Australia ke Bali.
Turis Australia di Bali
Pasiennya Australia, dokternya Australia, dan fasilitas kesehatannya standar dunia.
Begitulah "mimpi" dokter Grace Frelita, Managing Director Rumah Sakit Siloam (Lippo Group) dalam perbincangan dengan Tribunnews.com di Yangon, Myanmar.
Rumah Sakit Siloam --jaringan rumah sakit terbesar di Indonesia dengan 20 rumah sakit di 13 kota-- segera ekspansi ke luar negeri untuk pertama kali dengan membuka rumah sakit di Yangon.
Dalam 12 bulan ke depan, kata dr Grace, Siloam akan membangun total tiga rumah sakit di Myanmar dengan kapasitas 500 sampai 1.000 kamar.
Ini akan menjadi jaringan rumah sakit terbesar di Myanmar, negeri yang fasilitas kesehatannya jauh lebih bagus dari Indonesia.
LIHAT: Rumah Sakit Siloam Ingin Jadi RS Swasta Terbesar di Myanmar Tahun 2015 Ini
Gagasan tentang "pasien Australia dokter Australia" itu muncul terkait obsesi Lippo Group menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi health tourism.
Selain menarik warga asing berobat ke Indonesia (yang biayanya lebih murah), health tourism juga bertujuan menahan arus sebagian warga Indonesia yang lebih senang berobat ke Singapura dan Malaysia.
Pada tahun 2012, demikian data dari kementerian kesehatan, jumlah warga Indonesia yang keluar negeri untuk berobat mencapai 600 ribu orang.
Itu menjadikan Indonesia sebagai "the biggest outbound global medical tourism country source."
Jumlah uang yang dibelanjakan mencapai 1,4 miliar dolar Amerika Serikat. Uang itu dinikmati rumah sakit dan klinik kesehatan di luar negeri.
Paradoksnya, sebagian dokter Malaysia yang melayani pasien Indonesia justru dulunya menimba ilmu kedokteran di Indonesia.
Mengapa Australia menjadi target pasar Rumah Sakit Siloam?
Berikut datanya: Jumlah turis asing ke Bali sekitar 300 ribu orang per bulan. Jumlah terbesar, yakni 26,15 persen, di antaranya warga Australia.
Selain karena jumlahnya yang besar, Indonesia dan Bali memiliki daya saing karena faktor biaya yang pasti lebih murah dibanding Australia.
"Coba.... Kita datangkan dokter dari Australia ke Bali untuk menangani pasien Australia. Mereka membayar sepertiga lebih murah," kata dokter Grace.
Jika dokter asing bekerja di Indonesia maka dokter lokal akan terpacu meningkatkan standarnya menuju standar dunia.
Perawat pun bisa menimba ilmu lebih banyak dari dokter asing.
Pada akhirnya, pasien akan memiliki opsi yang terbuka, ingin dilayani dokter asing atau dokter lokal.
Gagasan itu mungkin menarik tapi segera terbentur dengan regulasi Indonesia.
Dokter asing dilarang bekerja di Indonesia.(*)