Jumat, 3 Oktober 2025

Industri Radio Punya Satu Kaki di Dunia Internet

pesatnya perkembangan dunia internet dan medsos saat ini mengubah pola berkomunikasi banyak orang, dan memukul berbagai industri media, termasuk Radio

Editor: Sugiyarto
TRIBUN JATENG/FAJAR NUGROHO
ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, MALANG – Sebanyak 161 orang yang terdiri dari praktisi, penyiar, dan pemilik radio berkumpul di Pondok Wisata Jatim Park, Kota Batu, mulai Jumat (7/11/2014) hingga Minggu (9/11/2014).

Di sini, mereka membahas berbagai isu menarik tentang dunia radio masa kini.

Salah satu isu pokok yang menjadi perhatian mereka adalah perkembangan dunia internet, media sosial atau lebih akrab dengan dunia yang online.

Menurut Presiden Forum Diskusi Radio, Dr Harley Prayudha Msi, pesatnya perkembangan dunia internet dan medsos saat ini mengubah pola berkomunikasi banyak orang, dan memukul berbagai industri media, termasuk Radio.

Sekedar diketahui, berdasarkan release Nielsen pada Mei 2014, Konsumsi media di kota-kota baik di Jawa maupun Luar Jawa menunjukkan televisi masih menjadi medium utama yang dikonsumsi masyarakat Indonesia (95%), disusul oleh Internet (33%), Radio (20%), Suratkabar (12%), Tabloid (6%) dan Majalah (5%).

“Inilah yang membuat kami resah. Kata orang radio mulai ditinggalkan, tetapi kenyataannya tidak. Radio masih punya pendengar,” kata Harley pada Surya, Sabtu sore.

Begitupun saat radio memasuki dunia online. Situs-situs radio-radio yang bisa bertahan dalam dunia ini tidak banyak. Kebanyakan mereka tutup, atau pun tidak mengupdate system informasinya.

Tidak heran kalau mereka pun enggan merambah dunia online. “Dari 4.000 radio di Indonesia, baru setengahnya saja yang sudah merambah dunia internet. Dari setengah itu, kalau dirandom ada yang aktif, dan ada juga yang aktif,” papar doktor di bidang radio pertama di Indonesia ini.

Alasan radio tidak memasuki internet pun berbagai macam. Selain alasan di atas tadi, mereka juga merasa belum perlu memasuki dunia tersebut karena konsumennya belum banyak yang mahir internet, atau koneksi internet mereka masih banyak yang lamban.

Walau begitu, bukan berarti internet dihindari. Ia menyarankan agar radio bisa merambah dunia ini karena peluang bisnisnya amat besar.

Wakil Forum Diskusi Radio (FDR), Herru Soleh menambahkan dunia radio dan internet sebetulnya tidak jauh beda. Ia mengibaratkan kalau dunia radio sesungguhnya sudah punya satu kaki di internet. “Kalau di internet kami tinggal melengkapinya saja,” paparnya.

Kendati demikian, bukan berarti sistem radio konvensional ditinggalkan. Radio konvensional yang dapat diperdengarkan melalui saluran FM dan AM tetap digemari. “Radio masih ada karena ada kami yang hadir untuk memenuhi kebutuhan pendengar,” katanya.

Begitupun dengan kue iklan pada radio. Para praktisi di sini memastikan porsi iklan di radio masih tetap besar. Tak kalah jauh dibanding televisi, atau media cetak sekalipun.

Sayang, kini radio dihadapkan pada masalah kepekaan pendengar. “Saat ini banyak radio yang tidak peka pada pendengarnya, seperti kabar kebakaran di samping sebuah kantor radio lebih lamban dibanding televisi.

Ini kan persoalan, radio terlalu sibuk dengan dunia sendiri,” papar corporate secertry PT Digital Buana ini.

Halaman
12
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved