Kementerian ESDM: Butuh Rp1,7 Triliun per Hari untuk Impor BBM
Dari jumlah itu, kapasitas produksi BBM di dalam negeri hanya 650 ribu barrel per hari. Selebihnya, impor.
Editor:
Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini, rata-rata kebutuhan bahan bakar minyak di Indonesia mencapai 1,5 juta barrel per hari. Dari jumlah itu, kapasitas produksi BBM di dalam negeri hanya 650 ribu barrel per hari. Selebihnya, impor.
"Total jenderal kita harus impor BBM dan minyak mentah 850 ribu barrel dan itu perlu duit kira-kira 120 sampai 150 juta dollar AS," kata Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo, di kampur Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Senin (16/6/2014).
Dengan kurs tengah Bank Indonesia per 16 Juni 2014 senilai Rp11.814 per dollar AS, kebutuhan dana untuk impor BBM tersebut setara dengan Rp1,4 triliun hingga hampir Rp18 triliun.
Susilo mengatakan besarnya kebutuhan impor ini akan terus meningkat pada hari-hari mendatang seiring pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. "(Rata-rata kebutuhan BMM) meningkat 8 persen per tahun karena pertumbuhan ekonomi dan membludaknya penduduk," sebut dia.
Sementara itu, kata Susilo, pasokan minyak bumi di Indonesia kian menurun dari tahun ke tahun. "Masih banyak yang beranggapan Indonesia kaya dengan minyak bumi. Padahal tidak," tegas dia.
Menurut Susilo, penghematan energi merupakan hal mendesak sekarang di Indonesia. "Kalau tidak menghemat, kita akan ada ketergantungan impor yang mahal," ujar dia.
Dengan kondisi ini, Susilo sangat menyesalkan banyak orang kaya tapi berpura-pura tetap miskin dengan masih saja menggunakan BBM bersubsidi.
"Nah, di sinilah letak kontroversinya, bahwa BBM bersubsidi itu kan sebenarnya diperuntukkan bagi orang - orang yang tidak punya. Sekarang, BBM bersubsidi masih juga dipakai oleh orang - orang yang 'berpunya'," kecam Susilo. "Sekalian saya mengimbau, kalau yang sudah mampu beli Pertamax, belilah Pertamax."
Selain berhemat penggunaan BBM yang otomatis juga menekan impor dan mengurangi gelontoran subsidi, Susilo mengatakan penghematan juga harus dilakukan untuk penggunaan energi listrik. Dia mengatakan saat ini penyediaan listrik juga masih tergantung pada pasokan BBM untuk produksinya.
"Hemat pemakaian lstrik, hemat pemakaian BBM, karena ujung-ujungnya itu akan membantu kantong-kantong negara dan kantong-kantong masing-masing keluarga," ujar Susilo.
"Kalau (pakai) BBM-nya tak banyak dan listriknya tak banyak, bayarnya juga tak banyak. Ini harus disampaikan ke masyarakat sehingga kegiatan harian bisa berjalan tetapi penghematan merupakan hal utama."