Banjir Dahsyat Jakarta
Pengusaha Jadwal Ulang Pengiriman Barang
Banjir Jakarta adalah yang terburuk setelah 2007. Efeknya, aktivitas dan perekonomian

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- Banjir Jakarta adalah yang terburuk setelah 2007. Efeknya, aktivitas dan perekonomian nasional pun melemah. Kondisi itu pun dirasakan dunia usaha dan industri Jabar.
Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jabar, Deddy Widjaya, mengatakan, sistem pendistribusian barang dari Jabar, baik ke Merak (Banten) maupun Tanjung Priok (Jakarta) terhenti. "Ekspor-impor pun terganggu. Itu terjadi karena pendistribusian barang mengalami keterlambatan," kata Deddy saat dihubungi Tribun, Senin (21/1/2013).
Untuk mengantisipasi banjir tersebut para pelaku usaha dan industri Jabar terpaksa menjadwal ulang pengiriman dan pendistribusian barang, baik yang berorientasi ekspor, maupun antarpulau. Hal Itu karena kapal pengangkut telah berangkat.
Keterlambatan angkut barang dan pendistribusian itu, ujar Deddy, menyebabkan kerugian mencapai ratusan miliar. "Kerugian langsung itu antara lain adanya penalti. Lalu, biaya operasional membengkak akibat macet parah karena akses jalan ke Jakarta terendam," katanya.
Sementara kerugian tidak langsung, adalah kepercayaan pembeli turun sehingga menyebabkan pemesanan dan permintaan anjlok.
Saat ini 70 persen industri Jabar bergantung pada Pelabuhan Tanjung Priok. Karena itu, kata Deddy, agar tidak lagi bergantung pada Jakarta atau Banten, maka Jabar sudah seharusnya memiliki pelabuhan dan bandara internasional. (Tribun Jabar/Erwin)
Baca juga;
- Outflow Perbankan di Bungo Tiap Bulan Rp 385 M
- Tiga Bank Baru Buka di Jambi Tahun ini
- BNI Guyur Rp 7 M UKM di PGM Karebosi