Jumat, 3 Oktober 2025

Indeks Saham Bisa Tembus 5.000 di Akhir 2013

sejumlah saham emiten seperti di sektor perkebunan ke depan masih berpeluang rebound.

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Sugiyarto
zoom-inlihat foto Indeks Saham Bisa Tembus 5.000 di Akhir 2013
Kompas Nasional/PRIYOMBODO
Suasana di Global Market Bank Permata Jakarta yang turut memantau pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Strategi seleksi saham dan rotasi dalam pengelolaan saham melalui pendekatan bottom-up diyakini menjadi kunci agar indeks saham di lantai bursa di Tanah Air bisa terus naik dan menembus level 5.000 menjelang akhir tahun 2013.

Ferry Wong, Head of Indonesia Research Citi Securities Indonesia saat tampil menjadi pembicara pada Citi Indonesia - 8th Annual Capital Market Update 2012 di Jakarta, Senin (24/9/2012) mengatakan, sejumlah saham emiten seperti di sektor perkebunan ke depan masih berpeluang rebound.

Dia menyebutkan ada 10 saham top picks di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berpeluang rebound. Masing-masing adalah saham berkode ASII, BMRI, BBRI, BBNI, JSMR, BSDE, LSIP, IMAS, ASRI, and SSIA

"Pertumbuhan defisit neraca berjalan saat ini telah berdampak langsung pada cadangan devisa Pemerintah dan kurs rupiah masih terus mengalami volatilitas," ujar dia.
Dia menambahkan, pasar saham akan selalu terlihat underperforms ketika rupiah mengalami deresiasi kurs seperti terjadi pada 2005 dan 2008.

Seminar tahunan yang diselenggarakan Citi kali ini mengangkat tema 'The New Frontier of the Indonesian Capital Market' dan menyajikan ulasan menyeluruh mengenai tren ekonomi terbaru, yang terkait dengan perkembangan dan kebijakan pasar modal baik di Indonesia maupun secara regional dan global.

Informasi menyeluruh serta perkembangan terkini yang diberikan dalam seminar ini ditujukan membantu par nasabah kakap Citi dalam mengembangkan strategi bisnis serta investasi mereka.

Tampil sebagai pembicara lain di seminar ini adalah Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Citi Country Officer Indonesia Tigor M. Siahaan.

Nurhaida berpendapat, fundamental ekonomi Indonesia saat ini dalam kondisi prima. Itu bisa dilihat dari posisi cadangan devisa saat ini dan kurs rupiah yang relatif stabil.

"Fundamental ekonomi Indonesia berada dalam kondisi yang baik. Cadangan devisa negara per 31 Agustus lalu sebesar 108,99 miliar dolar AS. Sementara, kurs Rupiah per 21 September  Rp9.558 per Dolar AS," jelas Nurhaida.

Indikator positif lainnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per 21 September ditutup pada level 4224,62 dengan kapitalisasi pasar Rp 4.010 triliun.

"Bila melihat pada likuiditas transaksi di Bursa Efek Indonesia, terdapat kestabilan pada kisaran Rp4 triliun dengan frekuensi transaksi sekitar 105.000 ribu kali transaksi per hari. Selain itu, peran dari pelaku dan investor asing di Indonesia juga masih cukup signifikan," jelasnya.

Sampai dengan 21 September 2012, posisi investor asing berada pada posisi nett buy di pasar Indonesia, yaitu sekitar Rp15,15 triliun. Menurutnya, ini menunjukkan bukti pasar modal Indonesia masih menarik bagi pemodal asing dan in flow ini dapat mengurangi defisit pada neraca pembayaran Indonesia.

Citi Country Officer Indonesia Tigor M. Siahaan menilai, ekonomi Indonesia terus tumbuh dan berkembang berkat dukungan para pelaku pasar yang cukup aktif bertransaksi.

"Dalam kaitan itu, kami di Citi berkomitmen untuk terus memberikan solusi dan layanan yang mampu mengurangi biaya-biaya dari proses kinerja manual yang mungkin saat ini dijalankan oleh perusahaan untuk kemudian menggantinya dengan percepatan kinerja bisnis yang lebih efisien dan tentunya ramah lingkungan," kata Tigor.(choirul arifin)

BACA JUGA:

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved