Jumat, 3 Oktober 2025

Petani Kentang Bandung Terpukul Produk Impor

Petani kentang di Pangalengan, Kabupaten Bandung, kian terpukul oleh kemarau panjang tahun

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Petani Kentang Bandung Terpukul Produk Impor
seriouseats.com

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ida Romlah

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Petani kentang di Pangalengan, Kabupaten Bandung, kian terpukul oleh kemarau panjang tahun ini. Mereka harus merogoh kocek lebih dalam untuk biaya pemeliharaan agar tanaman kentangnya bisa dipanen, tapi di sisi lain harga jual kentang terpuruk.

Ketua Kelompok Tani Kentang di Pangalengan, Hasan Mutaqin, mengatakan, adanya kemarau panjang membuat petani harus lebih rajin menyiram kebun. "Pagi, sore, sampai malam kami terus menyiram kebun kentang. Kami gunakan mesin pompa air dengan paralon yang terbentang hingga berkilo-kilo meter panjangnya karena sumber air susah didapat pada musim kemarau ini," ujarnya melalui sambungan telepon.

Hasan mengatakan, biaya pemeliharaan tanaman kentang pada kemarau panjang ini 40 persen lebih mahal ketimbang saat cuaca normal. Namun tingginya biaya pemeliharaan itu tidak sebanding dengan harga jual kentang petani. Saat ini, harga jual masih pada kisaran Rp 3.500-Rp 4.000 per kg. Harga tersebut masih sama seperti saat cuaca tengah normal.

Menurut Hasan, idealnya pada musim kemarau seperti ini harga kentang mencapai Rp 5.500-Rp 6.000 per kg di tingkat petani. Sebab, pada musim kemarau tidak banyak petani yang menanam kentang.

"Secara hukum ekonomi, persediaan terbatas akan menaikkan harga. Tapi nyatanya harga kentang kami masih murah saat ini walau lebih dari 50 persen petani berhenti menanam kentang dan beralih ke tanaman lain saat ini," kata Hasan.

Hasan menduga masih murahnya harga jual kentang petani Pangalengan akibat gempuran kentang impor di pasaran. Kentang asal Cina, India, dan Bangladesh itu memenuhi pasar-pasar tradisional di Jabar sehingga mampu menekan harga kentang lokal ke level terendah.

Hasan pun bercerita, sebelum ada kentang impor, harga jual kentang hasil tanamnya sempat di atas Rp 6.000 per kg. Itu terjadi pada 2011. Kenaikan harga itu jadi angin segar bagi petani karena sebelumnya petani sama sekali tak bisa memanen akibat musim hujan yang panjang pada 2010.

Namun kenaikan harga itu tidak bertahan lama. Hanya dalam dua pekan, harga kentang kembali anjlok ke Rp 3.500 per kg. Penyebabnya adalah datangnya kentang impor di pertengahan 2011.

"Coba bayangkan, modal kami berapa, ongkos pemeliharaan berapa, belum lagi harga obat-obatan selalu naik setiap tahunnya. Apa tega membiarkan kami terpuruk?" ujar Hasan.

Hasan menyebutkan, untuk satu hektare lahan tanaman kentang butuh modal Rp 60 juta. Dari satu hektare itu, kentang yang dihasilkan 15-20 ton. Bila harga jual kentang masih Rp 3.500 per kg, penghasilan petani saat panen hanya mampu untuk menutupi modal semata.

Menurut pantauan Tribun di Pasar Induk Caringin, Kota Bandung, terlihat tumpukan puluhan karung kentang impor. Tidak ada yang mengakui kepemilikan kentang impor tersebut. Pedagang di Pasar Induk Caringin mengatakan pemiliknya belum datang ke pasar.

Namun pedagang kentang lokal di Caringin, Deden, mengatakan, kentang impor dari Cina dan Bangladesh sudah lama masuk ke Pasar Induk Caringin. Kentang tersebut ditawarkan murah, yakni Rp 3.500-Rp 3.700 per kg.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved