Surat Utang
Ubah Tagline Gemar Menabung Jadi Gemar Investasi
perusahaan bisa memanfaatkan momentum saat ini untuk mencari dana segar lewat penerbitan obligasi.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Riset Recapital Asset Management, Pardomuan Sihombing, menghimbau perusahaan bisa memanfaatkan momentum saat ini untuk mencari dana segar lewat penerbitan obligasi. Pardomuan meyakini, obligasi masih menjadi investasi yang diburu para investor.
"Dua tahun ini, saham dan obligasi bakal ramai. Surat Utang Negara (SUN) pun tetap mendominasi di pasar obligasi," ujarnya.
Meskipun SUN terbatas lantaran bunga yang rendah, namun ke depan, fenomena investasi lebih mengarah pada surat utang (bond). "Sekarang mulai terlihat investor institusi sudah mulai mengakumulasi obligasi-obligasi yang memenuhi rating," tandasnya.
Menurutnya, permintaan obligasi terus meningkat. Sayangnya, ketersediaan obligasi sangat minim, sehingga hal ini menyebabkan oversubscribe. "Ketersediaan obligasi hanya Rp 700 triliun, permintaan dari banking, reksa dana, asuransi dan lainnya," paparnya.
Pardomuan optimis, hingga akhir tahun, target obligasi korporasi tumbuh konservatif diangka 40-50 triliun rupiah. Dia juga menghimbau kepada BI sebagai regulator untuk mengubah tagline dari gemar menabung menjadi gemar investasi, supaya terjadi melek investasi di Indonesia.
"Banking Indonesia sudah mature. Investasi itu di pasar modal bukan deposito," tegasnya.
Kepala Riset Etrading Securities Betrand Raynaldi menilai, ramainya penerbitan obligasi tahun ini telah terlihat dari mulai naiknya tingkat bunga obligasi. Di sisi lain, dia menilai saat ini masih ada kecenderungan investasi pemodal yang mulai mencari sarana investasi yang aman.
"Perusahaan yang menerbitkan obligasi harusnya dapat lebih berhati-hati lagi dalam menetapkan tingkat suku bunga obligasinya agar nantinya jangan jadi beban bagi keuangan perusahaan," jelasnya secara terpisah.