Di Balik Lobi Syahrul ke Singapura
Kok Mau 2 Menteri Singapura Terima Syahrul Yasin Limpo?
MENGAPA Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo bisa diterima pejabat setingkat menteri Singapura? Ini pertanyaan diplomatik.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dahlan Dahi, dari Singapura
MENGAPA Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo bisa diterima pejabat setingkat menteri Singapura? Ini pertanyaan diplomatik. Dalam tata karma hubungan internasional, martabat negara dirawat seperti merawat taman. Satu hal yang sering kali ribet: siapa menerima siapa.
Barack Obama misalnya, sebagai presiden negara adidaya Amerika Serikat, hanya menerima presiden. Itu pun tidak sembarang presiden. Hanya presiden yang diperhitungkan menguntungkan kepentingan ekonomi atau politik AS saja yang boleh bertamu ke Gedung Putih. Lainnya tidak.
Begitulah. Presiden menerima presiden. Menteri menerima menteri. Sangat jarang menteri mau menerima pejabat setingkat gubernur.
Bagaimana ceritanya, seorang Syahrul bisa diterima langsung dua menteri Singapura?
SINGAPURA negeri kecil saja. Dari ujung ke ujung hanya sekitar 42 kilometer. Dikelilingi dengan kereta cepat MRT hanya perlu waktu kurang dari dua jam. Jumlah penduduknya 5,08 juta (Agustus 2010), lebih banyak penduduk Sulsel yang mencapai delapan juta jiwa.
Tapi karena kekuatan ekonominya –satu di antara negara berpendapatan per kapita tertinggi di dunia—Singapura tidak pernah merasa lebih kecil dari negara lain, bahkan dari Indonesia yang penduduknya mencapai 220 juta jiwa.
Negara kota ini merasa lebih superior seolah-olah jumlah penduduk Indonesia yang banyak itu hanyalah angka-angka. Bukan kekuatan. Sebuah hal yang menunjukkan, respek tidak muncul dari angka-angka dan statistik.
DALAM kunjungan dua hari ke Singapura, 1-2 Juni, Syahrul diterima langsung dua menteri yang memimpin empat bidang. Menteri pertama, K Shanmugam, seorang keturunan India. Shanmugam yang baru menjabat tiga bulan merangkap menteri luar negeri dan menteri hukum.
Sebagai Menlu, Shanmugam didampingi dua wakil menteri. Satu wakil menteri, yang disebut juga wakil Menlu kanan berasal dari tokoh keturunan Tionghoa. Satunya lagi, Menlu kiri, berasal dari keturunan Melayu. Nah yang keturunan Melayu ini dulu bekerja di Bukaka, perusahaan Kalla Group yang bermarkas di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.
Menteri kedua, Lim Hang Kiang. Dia menjabat menteri perdagangan dan industri. Lim menerima Syahrul dan rombongan di ruangan khusus. Seperti halnya pertemuan dengan Menlu, pertemuan dengan Lim berlangsung tertutup untuk wartawan.
LOBI Sulsel ke Singapura dimulai dua tahun lalu. Target awalnya sederhana saja, membuka penerbangan langsung Makassar-Singapura.
Sebelum ini, Singapura mencapai Makassar selama delapan sampai sembilan jam. Dua jam terbang ke Jakarta, transit dua-tiga jam, sebelum melanjutkan penerbangan dua jam ke Makassar. Lebih meletihkan ketimbang terbang ke Tokyo atau Hongkong.
Karena jarak itulah, Singapura lebih mengenal Batam, Bintan, dan Medan. Jakarta sebagai pusat pemerintah pun juga ada dalam peta Singapura, tapi tidak Makassar. Kota ini seperti ada dalam planet lain.