Pesawat Merpati Jatuh
Merpati Rugi Rp 130 Miliar?
Kinerja PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) terus mengalami kemunduran, kerugian yang dialami maskapai BUMN pun terus bertambah.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kinerja PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) terus mengalami kemunduran, kerugian yang dialami maskapai BUMN pun terus bertambah. Bahkan pada triwulan pertama 2011, perusahaan tersebut mengalami kerugian sebesar Rp 130 miliar.
Hal ini diakui oleh salah satu pengurus Serikat Karyawan (Sekar) Merpati, Aris Munandar di Jakarta, Selasa (23/5/2011). Dalam jumpa pers itu, Aris bersama Ketua Umum Sekar Merpati Purwanto, Ketua I Sekar Indra Topan didampingi pengurus Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) Humphrey Djemat.
"Merpati akan dibantu Rp 510 miliar, namun dalam tiga-empat bulan lalu ada kerugian sebesar Rp 130 miliar. Dalam dua bulan ke depan, diperkirakan kerugian akan mencapai Rp 200 miliar," kata Aris kepada wartawan.
Dengan terus meruginya kinerja Merpati, jelasnya, bantuan pemerintah tersebut dikhawatirkan hanya akan digunakan untuk menutup kerugian saja, bukan untuk modal kerja seperti yang dijanjikan dalam rencana bisnis Merpati.
Sementara Purwanto mengatakan, kerugian terjadi karena manajemen Merpati lebih mementingkan untuk membayar gaji karyawan, sementara kewajiban dengan pihak ketiga kurang dipedulikan.Dia menyebutkan, beberapa bukti yang ada antara lain, sampai saat ini asuransi Jasa Rahardja sebesar lebih dari Rp 49 miliar tidak disetorkan oleh Merpati selama lima tahun.Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang dipungut dari karyawan dan 4 persennya dari perusahaan tidak pernah dibayarkan.
Hal tersebut, jelasnya, dibuktikan saat ada karyawan yang pensiun mengklaim tidak dapat dikeluarkan karena Merpati tidak membayarnya.
Disebutkannya lagi, selama periode manajemen yang baru saat ini, merpati sudah dua kali mendapatkan Nota of Cancelation (NOC) dari Jasindo dan akhirnya PT Perusahaan Pengelola Aset yang membayar sampai 27 Mei 2011 kepada Jasindo.
Aris menambahkan, permasalahan lain yang dihadapi adalah kurangnya pilot yang memiliki kualifikasi untuk menjadi kapten pesawat MA-60. Akibat kurangnya pilot tersebut, ada dua pesawat yang tidak dioperasikan sehingga operasi penerbangan tidak optimal.
Dari 12 pesawat MA-60 yang ada saat ini, jelasnya, hanya delapan unit saja yangd ioperasikan. Dua pesawat sedang dalam perawatan, sedangkan dua unit lainnya digrounded begitu saja di Makassar dan Kupang, padahal masih layak untuk dioperasikan. "Padahal argo pesawat tersebut jalan terus, karena harus dibayar ke Xian Aircraft. Belum lagi manajemen akan mendatangkan dua unit lagi. Nantinya akan menambah biaya lagi," tandasnya.