Merapi Meletus
Hunian Hotel di Yogyakarta Anjlok hingga 70 Persen
Data dan analisis Bank Indonesia (BI) yang dipublikasikan di Jakarta, Senin (15/11/2010), malam, menyebutkan erupsi gunung...
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Data dan analisis Bank Indonesia (BI) yang dipublikasikan di Jakarta, Senin (15/11/2010), malam, menyebutkan erupsi gunung Merapi berdampak pada kerugian ekonomi di luar korban jiwa manusia.
Di sektor perhotelan, analisis BI Yogyakarta menyebutkan kunjungan wisatawan ke Yogyakarta jadi berkurang.
"Sebagian wisatawan banyak yang menunda event, yang semula akan dilaksanakan di Yogyakarta, dialihkan pelaksanaannya (nasional maupun internasional)," kata Juru Bicara BI Difi A Johansyah dalam keterangan pers tertulis yang diterima Tribunnews.com.
Akibatnya, terjadi penurunan tingkat hunian hotel hingga 70 persen dari rata-rata tingkat hunian.
Kondisi ini, kata Difi, memberikan dampak pada penurunan penjulan produk kerajinan, usaha kuliner, usaha transportasi, dan sebagainya yang bersinggungan dengan bisnis pariwisata.
"Ini merupakan dampak tidak langsung karena erupsi Merapi. Perekonomian DIY yang didominasi oleh sektor wisata, jasa, dan pertanian serta industri lainnya terpukul. Sektor-sektor ekonomi ini pada dasarnya saling terkait," kata Difi.
Untuk dampak langsung, BI melansir erupsi Merapi membuat perekonomian secara keseluruhan di kabupaten Sleman, yang paling parah terkena erupsi Merapi, terutama di kecamatan yang dalam jangkauan bahaya radius sampai 20 km dari puncak Merapi, yaitu di Kecamatan Turi, Pakem, Cangkringan dan Ngemplak.
Di empat kecamatan tersebut, lanjut Difi, disamping sebagai pusat budidaya peternakan sapi perah juga menjadi pusat tanaman salak, holtikultura semusim, pariwisata, dan banyak perumahan penduduk.