Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Tapi Kenapa Sering PHK?
Produk alas kaki, seperti sepatu dan sandal, merupakan salah satu komoditas terbesar di Indonesia yang kualitasnya diakui dunia. Tapi…

Pada masa yang sama, Pabrik Victory Chingluh, yang memproduksi Adidas, Nike, Reebok dan brand lainnya, merumahkan setidaknya 2.393 karyawan.
PHK dilakukan karena naiknya Upah Minimum Kabupaten (UMK) di atas lima persen, menurut juru bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif.
Emelia Yanti Siahaan, Sekretaris Jenderal Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI) mengatakan lay-off di pabrik-pabrik sepatu dan sandal akan terus terjadi karena "karakter industri alas kaki" di Indonesia.
"Industri alas kaki Indonesia ini orientasinya ekspor ... [dan] sebagian dari material pendukung mereka ... tidak 100 persen dari Indonesia," katanya kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
"Jadi ketika terjadi gejolak di global, itu pasti akan punya dampak, ada konsekuensi juga, atau membawa pengaruh terhadap industri alas kaki di Indonesia."
Ia mencontohkan brand Nike yang sempat memotong permintaan produksi di Indonesia ketika muncul brand Under Armour, yang lebih menyasar kelas menengah ke bawah.
Menurutnya, Under Armour bisa menetapkan harga produk yang terjangkau dengan kualitas yang tidak kalah saing dengan Nike.
Akibatnya, Nike harus mencari pasar baru dan mengurangi jumlah produk Nike di Amerika Serikat.
Padahal, Amerika Serikat merupakan salah satu tujuan ekspor terbesar Indonesia.
"Ketika [jumlah produk] dikurangi, pasti punya konsekuensi, akan berkurang persentase pesanan mereka di Indonesia," ujarnya.
Sistem upah minimum yang tidak setara di Indonesia juga menyebabkan pabrik alas kaki untuk melakukan relokasi yang berujung pada PHK.
"Selama belum ada satu sistem upah yang setara, yang sama berlaku secara nasional, relokasi pasti akan terjadi," kata Yanti.
"Setiap tahun ada kenaikan [UMP atau UMK], nanti kalau dianggap sudah tidak relevan lagi mereka akan cari [lokasi dengan UMP atau UMK] yang murah."
Akibatnya, Yanti mengatakan buruh pabrik yang memproduksi produk alas kaki dari brand besar harus terus waspada terhadap kemungkinan PHK.
Kendala produk alas kaki dalam negeri
Tapi, industri alas kaki di Indonesia tidak terbatas untuk tujuan ekspor saja, ada juga yang menargetkan pasar domestik.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.