Senin, 29 September 2025
ABC World

'Jangan Takut': Konsolidasi Masyarakat Sipil Setelah Teror pada Tempo

Teror kepala babi dan tikus dengan kepala terpotong yang ditujukan kepada Tempo menjadi alarm peringatan untuk masyarakat sipil sekali…

zoom-inlihat foto 'Jangan Takut': Konsolidasi Masyarakat Sipil Setelah Teror pada Tempo
ABC Radio Australia
Ibu Sumarsih menyerahkan seikat mawar putih sebagai tanda dukungan dan penguatan untuk jurnalis TEMPO, Francisca Christy Rosana. (Foto: Koleksi Pribadi)

Maria Catarina Sumarsih terhenyak ketika ia mendapat kabar jurnalis Tempo, Francisca Christy Rosana yang akrab dipanggil Cica, mendapat kiriman potongan kepala babi.

Bagi Ibu Sumarsih, kiriman tersebut mengingatkannya pada cara-cara pembungkaman terhadap mereka yang berani berbicara di zaman Orde Baru.

Putranya, Bernardinus Realino Norma Irmawan, atau Wawan, adalah satu di antara 17 warga sipil yang tewas pada peristiwa Semanggi 1998 tak lama setelah Soeharto lengser dari jabatan presiden.

Pelaku penembakan Wawan tidak pernah terungkap, apalagi diadili.

Setiap Kamis sore, sejak tahun 2007, Ibu Sumarsih dan korban pelanggaran hak asasi manusia lainnya di Indonesia berdemonstrasi di depan Istana Negara, yang dikenal sebagai aksi Kamisan.

Pekan lalu, bersama dengan unsur masyarakat sipil lainnya, Ibu Sumarsih mendatangi kantor Tempo untuk menemui Francisca Christy Rosana, atau Cica, dan memberikannya seikat mawar putih.

Setelah kepala babi yang dipotong kupingnya ditujukan kepada Cica, kemudian beberapa hari kemudian, Tempo juga menerima "kiriman" kotak yang dibungkus kertas kado bermotif mawar merah, berisi enam ekor tikus got yang dipotong kepalanya.

"Wartawan adalah ujung tombak perjuangan keluarga korban pelanggaran HAM. Apapun yang kami lakukan, jika tidak diliput dan diberitakan oleh para jurnalis tidak akan ada artinya."

"Jadi, ketika TEMPO mendapatkan kiriman kepala babi, kami memberikan dukungan kepada teman-teman untuk menguatkan," tutur Ibu Sumarsih kepada ABC Indonesia.

"Walaupun penguasa merasa itu bukan teror, tapi bagi kami korban pelanggaran HAM, pengiriman kepala babi dan juga tikus ke TEMPO ini adalah cara-cara yang dilakukan di era Orde Baru untuk membungkam para penyuara kebenaran itu," tambahnya.

ABC juga menghubungi Cica setelah peristiwa itu, tetapi melalui pesan singkat Cica meminta ABC menghubungi Bagja Hidayat, wakil pemimpin redaksi Tempo.

"Cica memang sengaja jadi tidak 'dikeluarkan' dulu karena dia masih trauma. Apalagi di antara insiden kepala babi dan tikus itu ada serangan digital ke WhatsApp ibunya … diambil alih oleh seorang laki laki tidak dikenal," kata Bagja kepada ABC Indonesia.

"Jadi ini terornya bertubi-tubi. Tentu saja Cica sangat khawatir ya, karena itu sudah menyasar orang lain di luar dirinya sendiri."

'Pesan yang lebih kuat'

Bagja mengatakan sepanjang sejarah, Tempo sudah pernah menerima berbagai bentuk intimidasi, tetapi yang baru diterima setelah pengesahan RUU TNI "punya pesan yang lebih kuat."

"Sebelumnya kan ada bom, ada orang datang menggeruduk, ada doxing, ada hijack telpon, … sekarang itu pakai hewan yang dibunuh."

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan