Minggu, 5 Oktober 2025
ABC World

Korban Jiwa Tidak Membuat Nelayan Indonesia Jera Mencari Ikan di Perairan Australia

Di saat keluarga nelayan Indonesia di pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, sedang berkabung karena hilangnya anggota keluarga mereka…

Para pakar masalah kelautan dan perikanan di Indonesia mengatakan hilangnya para nelayan asal Indonesia di perairan Australia pekan lalu diharapkan menjadi pengingat kepada yang lain.

Penyelamatan dramatis terhadap 11 nelayan Indonesia yang sebelumnya terdampar di Bedwell Island selama enam hari tanpa makanan dan air sebelum berhasil diselamatkan awal pekan ini sudah menjadi pemberitaan nasional.

Namun, jumlah korban karena Badai Topan Ilsa yang sedang melintasi Lautan Hindia tersebut diperkirakan meningkat karena dua kapal nelayan beserta awak di dalamnya masih hilang.

Salah seorang nelayan yang selamat harus berenang selama 30 jam, dengan mengikatkan diri pada drum air, sebelum akhirnya terdampar di Bedwell Island, sekitar 300 km arah barat Broome.

Sementara delapan orang awak kapal lainna belum diketahui nasibnya.

Para nelayan yang berhasil diselamatkan dipindahkan dari Broome ke Darwin hari Rabu (19/04) lalu.

Risiko nyawa tidak membuat jera

Paul King dari Griffith University sudah mengunjungi Indonesia secara teratur selama 30 tahun terakhir dan selama 12 tahun terakhir melakukan penelitian mengenai industri perikanan Indonesia di berbagai kampung nelayan di Pulau Rote.

Dr King menggambarkan tenggelamnya beberapa kapal ini merupakan tragedi, apalagi terjadi di bulan Ramadan.

"Keluarga pasti kehilangan besar karena ayah atau anak-anak mereka tidak kembali lagi," katanya.

Namun Dr King mengatakan tidak ada hal yang bisa membuat jera para nelayan ini untuk melakukan perjalanan sampai 800 km dari tempat tinggal mereka karena mereka harus mencari nafkah bagi keluarga.

"Perikanan menjadi sumber pendapatan keluarga, bermanfaat bagi pendidikan anak-anak, untuk makanan, dan bisa menjadi penghasilan memadai bagi keluarga mereka," katanya.

Pada 2018, ada 210 nelayan Indonesia yang menjalani tahanan di Australia, kebanyakan berasal dari Papela, desa yang sama dengan mereka yang diselamatkan pekan ini.

Utang menjerat keluarga nelayan

Dr King mengatakan harga tinggi untuk produk makanan laut seperti teripang, sirip hiu, dan ikan karang di pasar Asia membuat para nelayan ini terus berusaha mengarungi laut menemukannya.

"Masalah lain adalah kadang mereka memiliki utang kepada pemilik kapal," katanya.

"Beberapa pemilik kapal ini sebenarnya memberi bantuan kepada keluarga di saat para nelayan melaut dan utang tersebut harus dibayar ketika mereka kembali.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved