Kamis, 2 Oktober 2025
ABC World

Putu Laxman Pendit Doktor Perpustakaan yang Tidak Dapat Tempat di Indonesia

Putu Laxman Pendit pernah memilih menekuni ilmu perpustakaan yang langka di Indonesia, bahkan sampai ke tingkat doktor. Namun, ia akhirnya…

Putu Pendit yang lahir di Jakarta di tahun 1959 adalah satu dari sejauh ini tiga orang asal Indonesia yang memiliki gelar doktor di bidang perpustakaan dan informasi.

Darah pustakawan Putu Pendit mengalir dari ibunya, sementara ayahnya menekui dunia jurnalistik dari ayahnya.

"Ibu saya  Ni luh Putu Murtini pernah sekolah di Library School Columbia Univ. New York (1956-58) dan merupakan satu pustakawan Indonesia awal yang berpendidikan luar negeri dan terakhir bekerja sebagai Kepala Perpustakaan Yayasan Idayu," kata Putu Pendit kepada wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya.

"Ayah saya Nyoman Suwandi Pendit pernah sekolah di Visva Bharati University (1954-58), Santiniketan, India di bidang sejarah dan agama.

"Ia seorang wartawan, sastrawan dan budayawan Hindu yang juga penulis artikel dan buku-buku pariwisata.  Tak kurang dari 70 buku ia tulis sepanjang hayat."

Menyelesaikan pendidikan S1 dari Sekolah Tinggi Publisistik (STP) di Jakarta tahun 1986, Putu pada awalnya menjadi dosen dan menekuni bidang urnalistik sebelum kemudian beralih ke bidang perpustakaan dan informasi.

Setelah beberapa tahun bekerja, Putu kemudian melanjutkan pendidikan S2 di  Loughborough University of Technology di Inggris di bidang perpustakaan dan informasi, hal yang diminatinya sejak dia berkecimpung di bidang jurnalistik.

"Saya mengalami mengalami sendiri betapa pentingnya sumber-sumber informasi dari perpustakaan. 

Sekembalinya dari Inggris, Putu Pendit kemudian mengajar di Jurusan Ilmu Perpustakaan di Universitas Indonesia sejak tahun 1988 sampai tahun 2007.

Menurut Putu Pendit, ketika dia bersekolah di Inggris dan melakukan perjalanan di Eropa, dia melihat betapa pentingnya perpustakaan sebagai bagian dari negara untuk mencerdaskan bangsanya.

"Namun di Indonesia dunia perpustakaan dihantui oleh kelangkaan tenaga profesional dan terdidik, selain juga ketatnya pengawasan serta birokratisasi lembaga-lembaga negara di bawah pemerintahan Orde Baru.

"Tingkat buta huruf memang terus turun, tetapi minat dan kesempatan membaca buku yang baik tetap tidak berkembang di masyarakat."

Merintis pendidikan perpustakaan di Indonesia

Putu Pendit pulang dari Inggris saat rezim Orde Baru yang otoriter saat itu masih berkuasa. 

Ketersediaan sumber daya pustakawan ketika itu juga sangat memprihatinkan, dan mereka yang  bekerja di perpustakaan Indonesia kebanyakan orang-orang yang “terpaksa” menjalani profesi itu, atau bahkan orang-orang “buangan” yang tidak disukai di tempat lain.

Maka Putu Pendit berniat membantu mengembangkan perpustakaan dengan mendidik ahli-ahli yang profesional.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved