Australia Hentikan Pengembangan Vaksin COVID-19 Setelah Ada Reaksi Positif HIV
Pengembangan vaksin virus corona oleh University of Queensland (UQ) dan CSL dihentikan hari Jumat ini (11/12), setelah ditemukan reaksi…
UQ dan CSL telah memastikan vaksin ini menyebabkan infeksi HIV dan tes lanjutan menunjukkan tidak ada virus HIV pada partisipan.
Kepala Departemen Kesehatan Federal Prof. Brendan Murphy secara terpisah mengatakan meskipun UQ dan CSL sudah tahu kemungkinan reaksi positif palsu untuk HIV, namun pada awalnya diperkirakan akan sangat minim.
"Risiko mendapatkan hasil positif palsu HIV terlihat sangat rendah pada awalnya," ujar Profesor Brendan.
"Pemodelan saat itu menganggapnya sebagai risiko teoretis yang sangat minim. Makanya partisipan diberitahu tentang risiko itu," jelasnya.
Namun Profesor Brendan menegaskan kepercayaan publik terhadap vaksin apapun merupakan faktor penting untuk mendapatkan persetujuan orang untuk disuntik.
Phil menjelaskan telah dberi dua kali suntikan saat ujicoba.
"Saya memang mengalami beberapa efek samping setelah diberi dosis kedua," katanya.
"Saya ingat bangun untuk jogging pagi itu di sepanjang Sungai Brisbane dan saya merasa sangat lemas," ujarnya.
Sudah diantisipasi
Menanggapi pembatalan vaksin CSL-UQ ini, Menkes Australia Greg Hunt mengatakan pihaknya sudah mengantisipasinya.
Ia berkata, dalam semua kontrak pembelian vaksin COVID-19, pihaknya sudah mempertimbangkan potensi pembatalan serta kemungkinan menambah jumlah pesanan.
"Jadi, misalnya, kami menambah pembelian vaksin buatan AstraZeneca sebanyak 20 juta unit dari yang direncanakan dalam kontrak," kata Menkes Hunt.
Perdana Menteri Scott Morrison menyatakan pembatalan ujicoba ini menunjukkan kepada rakyat Australia bahwa pemerintah dan para ilmuwan sangat berhati-hati dalam urusan ini.
"Apa yang terjadi hari ini tidak mengejutkan pemerintah. Kami bergerak cepat tapi tidak tergesa-gesa," ujar PM Morrison.
Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari berbagai sumber. Simak berita lainnya dari Australia di ABC Indonesia.