Selasa, 30 September 2025
ABC World

China Tindak Keras Minoritas Islam Yang Jalani Puasa Ramadan

Saat ini umat Islam di seluruh dunia tengah menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan. Pada saat yang sama pula, otoritas China kembali…

Saat ini umat Islam di seluruh dunia tengah menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan. Pada saat yang sama pula, otoritas China kembali melakukan tindakan keras terhadap puasa dan sejumlah praktik keagamaan oleh minoritas Islam di sana.

Poin utama:

• Puasa dan praktek lain yang berafiliasi keagamaan dipandang sebagai "tanda-tanda ekstrimisme"
• Otoritas China telah lama memandang agama yang terorganisir sebagai ancaman terhadap loyalitas partai
• Pengawasan dan penahanan massal telah meningkat selama tiga tahun terakhir di Xinjiang

Menurut organisasi Human Rights Watch dan para aktivis, pembatasan itu terutama diberlakukan di Provinsi Xinjiang yang mayoritas penduduknya Muslim, di mana otoritas China seringkali tinggal di rumah keluarga Muslim untuk menekan kegiatan keagamaan mereka.

Amnesty International mengatakan dalam sebuah laporan yang dirilis akhir pekan lalu, otoritas China memandang puasa Ramadhan - bersama dengan aktivitas lain yang berafiliasi keagamaan termasuk jenggot, jilbab, sholat 5 waktu, dan larangan konsumsi alkohol - sebagai "tanda ekstrimisme".

"Semua ini bisa membuat Anda berada di salah satu kamp penataran Xinjiang, yang oleh pemerintah disebut \'pusat transformasi-melalui-pendidikan\'," kata laporan itu.

Otoritas China telah lama memandang agama terorganisir sebagai ancaman terhadap kesetiaan partai, menjaga kontrol ketat pada semua kelompok agama, tetapi minoritas Muslim di wilayah Xinjiang telah menanggung beban tindakan keras yang jauh lebih agresif.

Alip Erkin, seorang aktivis media dari Buletin Uyghur, mengatakan, meski pembatasan puasa Ramadhan di sekolah dan kantor pemerintah telah ada selama beberapa dekade, pengawasan dan penahanan massal telah meningkat selama tiga tahun terakhir dalam upaya untuk menghentikan keluarga di sana dari mengikuti tradisi Muslim bahkan di rumah mereka sendiri.

Erkin mengatakan orang-orang sekarang khawatir mereka akan dikirim ke kamp-kamp penataran "jika mereka terlibat dalam kegiatan keagamaan atau mengungkapkan identitas agama atau budaya tradisional mereka".

ABC menghubungi kantor Administrasi Urusan Agama Nasional China untuk memberikan komentar, tetapi belum ada tanggapan. Pihak berwenang China sebelumnya mengatakan, pihak mereka tidak membatasi praktek Ramadhan.

Pada tahun 2016, Dewan Negara China menerbitkan sebuah dokumen berjudul Kebebasan Beragama Beragama di Xinjiang, yang mengatakan "perasaan dan kebutuhan agama warga negara dihormati sepenuhnya".

Dikuliahi nilai-nilai sosialis

Erkin, yang sekarang tinggal di Australia, mengatakan selama masa sekolahnya, puasa dan berdoa selama Ramadhan tidak dianjurkan.

"Pada tahun 2014, larangan itu semakin intensif," katanya.

"Mereka mulai mengumpulkan orang-orang di tempat kerja dan sekolah mereka dan memberi mereka makan siang untuk memastikan mereka tidak berpuasa."

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved