Perempuan Selandia Baru Kompak Berhijab Pasca Teror Christchurch
Para perempuan di seluruh Selandia Baru mengenakan jilbab untuk menunjukkan solidaritas kepada warga Muslim sepekan setelah 50 orang…
Beberapa negara telah mencoba untuk membatasi item-item tersebut, khususnya niqab, sementara yang lain meminta perempuan untuk memakainya.
Meski kampanye Selandia Baru mendapat dukungan dan apresiasi dari Dewan Perempuan Islam Selandia Baru dan Asosiasi Muslim Selandia Baru, kampanye ini medapat penolakan di Selandia Baru dan sekitarnya.
Dalam sebuah opini yang tak bernama di situs Stuff.co.nz, seorang perempuan Muslim menyebut gerakan itu "sangat mencari perhatian".
"Serangan di Christchurch itu bukan hanya tentang Muslim, itu juga menyerang orang kulit berwarna di negara \'putih\' sehingga fokus pada jilbab mengganggu narasi supremasi kulit putih, rasisme sistematis, orientalisme dan kefanatikan," katanya.
Mehrbano Malik, seorang perempuan 22 tahun dari Pakistan juga menulis untuk Stuff.co.nz, mengatakan meski ia "sangat tersentuh oleh sentiment itu", gerakan #headscarfforharmony (jilbab untuk harmoni) mencerminkan "ideologi Orientalis".
"Ada banyak, banyak perempuan Muslim yang tidak berjilbab," tulisnya.
"Jilbab bukan bagian yang inheren dari Islam. Tidak disebutkan di mana pun dalam Al-Quran."
Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Kebudayaan, Karima Bennoune, mengunggah postingan di Twitter untuk menantang gerakan itu, menunjuk ke kasus Nasrin Sotoudeh, yang dihukum dan menghadapi hukuman penjara karena membela perempuan yang ikut serta dalam protes viral yang menentang aturan wajib berjilbab di Iran.
"Bisakah saya dengan penuh hormat meminta mereka yang berpikir untuk berpartisipasi dalam #scarvesinsolidarity (jilbab untuk solidaritas) [untuk] juga mempertimbangkan bahwa jutaan #Muslim #women (perempuan Muslim) tidak mengenakan jilbab, tidak ingin [memakainya], [dan] banyak seperti #NasrinSotoudeh mengambil risiko besar [untuk] mempertahankan oposisi ini?," tulisnya di Twitter.
Asra Nomani, mantan jurnalis di Washington, yang telah berkampanye untuk reformasi Muslim, mendesak perempuan untuk tidak mengenakan jilbab untuk harmoni.
"Ini adalah simbol budaya kemurnian yang bertentangan dengan nilai-nilai feminis. Ada perempuan di penjara dan mati, karena menolak interpretasi Islam yang Anda promosikan," kata Profesor Nomani di Twitter.