Minggu, 5 Oktober 2025
ABC World

Perempuan Selandia Baru Kompak Berhijab Pasca Teror Christchurch

Para perempuan di seluruh Selandia Baru mengenakan jilbab untuk menunjukkan solidaritas kepada warga Muslim sepekan setelah 50 orang…

Para perempuan di seluruh Selandia Baru mengenakan jilbab untuk menunjukkan solidaritas kepada warga Muslim sepekan setelah 50 orang terbunuh di dua masjid Christchurch.

Poin utama:

• Perempuan didorong untuk mengenakan jilbab sepekan setelah aksi terorisme terjadi
• Beberapa orang mempertanyakan apakah aksi itu hanya untuk memancing perhatian
• PM Selandia Baru dipuji karena mengenakan jilbab saat berbicara dengan anggota komunitas Muslim

Dokter asal Auckland, Thaya Ashman, muncul dengan ide untuk mendorong orang mengenakan jilbab setelah mendengar tentang seorang perempuan yang terlalu takut untuk keluar karena ia merasa jilbabnya akan menjadikannya target terorisme.

"Saya ingin mengatakan: \'Kami bersama Anda, kami ingin Anda merasa betah di jalanan Anda sendiri, kami mencintai, mendukung, dan menghormati Anda\'," kata Dr Ashman.

Ketika warga Christchurch berdoa di depan masjid Al Noor pada hari Jumat (22/3/2019), tempat di mana sebagian besar korban tewas minggu lalu, para perempuan di Auckland, Wellington dan Christchurch mengunggah foto diri mereka dengan jilbab, beberapa menggandeng anak-anak yang turut mengenakan jilbab.

"Mengapa saya memakai jilbab hari ini? Nah, alasan utama saya adalah jika ada orang yang menodongkan pistol, saya ingin berdiri di antara dia dan siapapun yang ia tunjuk," kata Bell Sibly di Christchurch.

"Dan saya tak mau ia bisa membedakannya, karena tidak ada perbedaan."

Banyak perempuan Muslim menutupi kepala mereka di depan umum, meskipun beberapa kritik melihatnya sebagai tanda penindasan terhadap perempuan.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mendapatkan pujian luas pekan lalu karena mengenakan jilbab hitam ketika bertemu dengan anggota komunitas Muslim setelah penembakan.

Dan pada hari Kamis (21/3/2019), seorang petugas polisi perempuan dengan jilbab di atas kepalanya dan senjata otomatis di tangannya menjaga di pemakaman Christchurch di mana korban penembakan dimakamkan.

Solidaritas atau mencari perhatian?

Rachel MacGregor, yang terlibat dalam kampanye \'Head Scarf for Harmony\', mengatakan ia merasa cemas pergi dengan kepala tertutup, dengan orang-orang menatapnya ketika ia memasuki gedung kantornya.

"Ini memberi saya penghargan untuk pertama kalinya bagaimana rasanya menjadi minoritas dan memakai pakaian yang mungkin biasanya tidak dipakai oleh mayoritas," katanya.

Jilbab dan niqab, cadar yang menutupi wajah secara penuh, telah memicu perdebatan di sejumlah negara di seluruh dunia.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved