Inspirasi Tanpa Henti Dari Atlet Berprestasi Indonesia Stephanie Handojo
Tanggal 8 Maret setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional, dan salah seorang perempuan Indonesia yang sudah…
Fani, dan tentu saja sang ibu, memilih untuk bangkit dan beranjak dari kejadian nahas itu.
"Butuh waktu tiga tahun dengan berganti-ganti guru, itu juga tidak ada hasilnya. Dia ada syaratnya, kalau berenang maunya line 1 atau line 8 karena maunya ujung-ujung, supaya bisa pegangan ke dinding," cerita sang ibunda.
Yusnita lalu memutuskan untuk kembali melatih Fani seorang diri.
"Akhirnya saya turun tangan sendiri untuk melatihnya dan memang harus tega. Saya ajarin sendiri dengan teriak-teriak luar biasa."
Kala itu, banyak orang mengira Yusnita terlalu memaksa sang putri. Tapi menurutnya, dengan cara itulah Fani mau berenang lagi.
"Pertama saya gendong kakinya melingkar di pinggang saya. Saya bilang, \'Fani ini ada mama kamu aman\'. Saya bilang kamu bisa!! akhirmya Fani berdiri.
Dari yang dangkal saya minta Fani renang ke pinggiran kolam. Sebelum sampai tembok pinggiran kolam, saya tarik menjauh lagi."
Lambat laun Fani kembali memupuk kepercayaan diri dan mampu mencapai jarak renang 50 meter dalam waktu 4 bulan.
Berbagai kejuaraan lokal, nasional dan internasional-pun ia ikuti, dan puncaknya di tahun 2011, Fani berhasil meraih medali emas di Special Olympics World Summer Games 2011 di Yunani.
Di ajang ini, Fani menjadi peraih medali emas pertama Indonesia untuk cabang renang.
Setahun kemudian ia didapuk menjadi pembawa obor Olimpiade London setelah melewati seleksi ketat dengan menyingkirkan 12 juta anak dari 20 negara.
Lagi-lagi Fani menginspirasi, ia menjadi satu-satunya anak berkebutuhan khusus dari 19 anak lainnya yang terpilih.
"Pengalaman Fani waktu di London, ya berkenalan temen yang ada di negara lain. Berkomunikasi dan akhirnya Fani bisa ngomong seperti biasa, gitu. Dan saling menghargai," ujar perempuan yang juga mahir bermain piano ini kepada ABC.
"(Senang nggak waktu terpilih?) Iya senang," imbuhnya.