Masalah Tunawisma Kian Memburuk di Australia
Jumlah tunawisma Australia bukannya mengalami penurunan, malah para pengamat perumahan justru memperingatkan kegagalan kebijakan pemerintah…
Seorang warga bernama Rima Israel dan putranya kini memiliki tempat tinggal, namun mereka telah hidup tanpa rumah, selama satu dekade.
"Usia saya 29 tahun ketika itu. Saya seorang manajer area untuk restoran cepat saji. Jadi saya memiliki karir yang baik dan mampu membayar sewa rumah selama bertahun-tahun," kata Israel.
"Tapi saya mengalami KDRT dan harus meninggalkan semuanya," ujarnya.

"Setelah itu, saya pulang ke rumah orangtuaku untuk sementara. Namun selalu bertengkar, jadi saya pun numpang ke teman-temanku, coba mencari pekerjaan, lalu saya hamil," papar Rima.
Enam tahun lamanya barulah Rima diterima tinggal di perumahan sosial yang disiapkan pemerintah.
"Mereka bilang, maaf Anda mendapat terlalu banyak mendapat tunjangan dari Centrelink. Jadi, Anda bisa menyewa dengan harga ini\'," katanya.
Permohonannya untuk menyewa rumah telah ditolak sebanyak lebih dari 50 kali.
"Saya tidak dapat menemukan rumah dengan harga yang mereka anggap bahwa saya mampu membayarnya," kata Rima.
Dia mengatakan banyak jalan menuju kehidupan sebagai tunawisma.
"Kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan. Itu semua bisa terjadi pada siapa pun, kapan saja," katanya.
"Jika kita tidak melakukan sesuatu sekarang, situasinya hanya akan bertambah buruk," tambahnya.
Apa yang salah?
Para pengamat setuju salah satu penyebab utama terjadinya tunawisma adalah krisis dalam keterjangkauan harga rumah.
Menurut Eslake terlalu banyak persaingan bagi orang seperti Rima yang membutuhkan sewa terjangkau.
"Ada tekanan pada permintaan dan sisi pasokan pasar perumahan di Australia," katanya.