Kamis, 2 Oktober 2025
ABC World

Perempuan Kupang Kejar Mimpi di Australia Utara

Sudah sejak kecil Darmi Messakh, perempuan kelahiran tahun 1988 asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) ingin menjadi seorang perawat.…

"Saat hamil tujuh dan Erwin sedang di Belanda, saya sempat pindah-pindah ke rumah-rumah teman karena saya tidak mau tinggal sendiri saat hamil," kata Darmi.

Kehadiran Darwin inilah yang membuat ia ingin mengubah hidupnya.

"Setelah punya anak, lalu saya kepikiran masa saya terus-terusan begini bekerja serabutan. Saya harus punya masa depan untuk anak, karenanya saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah lagi dan ingin menjadi perawat."

Tetapi ia mengaku keinginannya tersebut tidaklah mudah karena ia hanya mengantongi ijazah tamatan sekolah menengah atas di Indonesia.

Berbagi waktu jadi ibu dan mahasiswi

Seorang perempuan sedang berada di studio radio dengan sebuah microphone
Darmi memiliki acara sendiri di Radio Teritory FM dengan membawakan lagu dan informasi seputar Indonesia

Foto: Koleksi pribadi

Langkah pertama yang ia ambil untuk menjadi perawat di Australia adalah mengikuti program Tertiary Enabling Program (TEP), yang ditujukan bagi mereka yang tidak memiliki ijazah sekolah Australia sebelum masuk ke bangku kuliah.

"Ada empat mata kuliah yang harus diambil, tetapi saat saya dites, mereka mengatakan saya bisa menyelesaikan TEP ini dalam waktu setengah tahun, tidak perlu setahun penuh."

Kemudian ia diterima untuk jurusan keperawatan di CDU dan ia pun berhasil membuktikan jika dirinya layak mendapatkan beasiswa dari kampusnya.

Melihat dirinya ke belakang saat harus mengurus anak dan suami sambil kuliah, Darmi merasa senang dan bangga bisa melakukannya sekaligus.

"Saya harus belajar, juga kerja penempatan, mengerjakan berbagai aktivitas berbeda di waktu bersamaan. Pulang kuliah mengurus anak, malam kadang harus kerja lagi, ditambah menjadi relawan mengajarkan bahasa Inggris untuk para migran dan menjadi penyiar radio."

Membantu migran yang baru datang ke Australia juga menjadi salah satu panggilan hatinya, dari apa yang ia alami sendiri.

"Karena saya pertama kali ke Australia tidak ada yang membantu, tidak punya siapapun pun. Karenanya saya ingin membantu mereka. Para migran memiliki banyak keinginan dan cita-cita, tapi seringkali terbentur kemampuan berbahasa Inggris."

Sementara untuk prestasi akademis lainnya, Darmi juga pernah menjadi perwakilan CDU saat mengadakan perjalanan ke Indonesia untuk membandingkan pelayanan kesehatan.

"Kami mengadakan tur studi ke Yogyakarta dan Jakarta selama dua minggu dan banyak belajar sistem kesehatan di Indonesia, dengan mengunjungi posyandu dan puskesmas," ujar Darmi yang gemar bernyanyi dan pernah manggung membawakan lagu Silent Night dalam bahasa Indonesia di acara Christmas Carol by Candle Night di Darwin.

Dari semua kesibukan dan akitivitas yang ia lakukan tidak lepas dari sosok ibunya yang ia anggap sebagai sumber inspirasinya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved