Kamis, 2 Oktober 2025
ABC World

Perempuan Kupang Kejar Mimpi di Australia Utara

Sudah sejak kecil Darmi Messakh, perempuan kelahiran tahun 1988 asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) ingin menjadi seorang perawat.…

Sudah sejak kecil Darmi Messakh, perempuan kelahiran tahun 1988 asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) ingin menjadi seorang perawat. Kini ia tengah mewujudkan cita-citanya di Kawasan Australia Utara dengan keinginan untuk membantu komunitas Aborigin, penduduk asli benua Australia.

Seorang perempuan menggunakan seragam perawat
Darmi Messakh, mahasiswi keperawatan asal Kupang NTT di Australia Utara

Foto: Koleksi pribadi

Darmi sekarang sedang berada di tahun terakhirnya belajar keperawatan di Charles Darwin University (CDU). Ia masih harus melewati tiga kali praktek dan penempatan kerja sebelum akhirnya resmi menjadi perawat, atau nurse.

Dari penempatan sebelumnya, ia sudah pernah menangani pasien dengan kanker. Sementara untuk praktek terakhirnya nanti, ia sudah memutuskan untuk terjun ke community nursing, atau keperawatan bagi komunitas, khususnya di kalangan penduduk asli benua Australia.

"Saya ingin mengajak mereka untuk mengubah gaya hidup mereka. Mungkin sedikit terlambat untuk mengubah kalangan dewasa, karenanya saya menargetkan anak-anak dengan mendidik mereka mulai dari cara mandi dan membersihkan tubuh yang benar, cuci tangan, dimulai dari hal-hal yang sederhana," ujar Darmi saat dihubungi Erwin Renaldi dari ABC di Melbourne.

Darmi mengaku ada alasan mengapa ia sangat begitu bersemangat untuk membantu pribumi Australia dan memilih Darwin sebagai tempat untuk mewujudkan mimpinya.

"Indigenous people [suku asli Australia] adalah salah satu ras tertua di dunia dan saya ingin ikut melestarikan mereka. Saya melihat keadaan mereka sama persis dengan orang-orang di kampung halaman di NTT, tapi saya tidak bisa membantu mereka karena tinggal di Australia. Karenanya saya ingin membantu mereka yang berada disini."

Dari pengalamannya selama ini, Darmi banyak berurusan dengan pasien yang memilki gangguan kesehatan akibat rokok dan alkohol. Kebanyakan pasiennya adalah warga Aborigin.

"Meski baru sekedar mahasiswa, tapi saya senang bisa berkontribusi pada pelayanan kesehatan di Australia Utara, membantu merawat dan menyembuhkan mereka, memberikan edukasi kesehatan, khususnya bagi komunitas migran dan Aborigin."

Darmi kini sedang menikmati masa-masa akhir sekolah dan praktik penempatan di sejumlah rumah sakit. Padahal sebelum memutuskan jadi perawat, ia mengaku sempat mengalami sejumlah kesulitan dalam hidupnya.

Semua demi anak

Foto keluarga, seorang ayah, ibu dan anak laki-laki
Darmy bersama suaminya, Erwin Marinus dan putranya, Darwin Messakh Marinus.

Foto: Koleksi pribadi

Darmi berasal dari Noelbaki, sebuah desa di Kupang dan pindah ke Australia sekitar 10 tahun lalu untuk mengikuti suaminya saat itu. Ia pun meninggalkan kuliahnya di jurusan keguruan di salah satu universitas di NTT.

"Setelah tiga tahun, hubungan kami gagal lalu kami berpisah secara baik-baik. Saya memutuskan untuk travelling, sempat juga bekerja di berbagai bidang seperti mengurus warga difabel, di restoran, customer service," kata Darmi yang akrab dipanggil Da.

Saat sedang berlibur ke Thailand, ia bertemu suaminya sekarang, Erwin Marinus, pria asal Belanda yang fasih berbahasa Indonesia dan memiliki keahlian memasak Indonesia. Mereka pun dikarunia seorang anak lak-laki yang diberi nama Darwin, memadukan nama Darmi dan Erwin.

"Saya disini sama sekali tidak memiliki keluarga. Tapi ada teman-teman asal Indonesia dan teman-teman di gereja yang saya anggap sebagai saudara sendiri."

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved