Sabtu, 4 Oktober 2025
ABC World

Kasus Myanmar, Al Qaida Peringatkan Pembalasan

Intervensi Al Qaeda dalam krisis kemanusiaan di Myanmar memicu kekhawatiran baru bahwa kaum militan Rohingya mendapat dukungan dari…

"Pejabat intelijen India dan Bangladesh mengatakan mereka telah menyadap tiga percakapan telepon berdurasi panjang antara Hafiz Tohar, yang menjadi kunci mengapa kelompok militan ini melancarkan serangan fajar melawan pasukan keamanan Myanmar," kata laporan tersebut.

Laporan ini mengutip seorang perwira intelijen Bangladesh yang tidak disebutkan namanya. Dia mengatakan bahwa serangan terhadap pasukan Myanmar bertujuan menimbulkan masalah bagi Pemerintah Aung San Suu Kyi di Myanmar dan memperkuat pemberontakan Rohingya di negara bagian Rakhine.

Tohar diyakini telah berlatih dengan Taliban Pakistan, dan secara luas dipersalahkan atas serangan serupa di Myanmar pada Oktober tahun lalu.

Mendapatkan senjata

Laporan Mizzima sulit diverifikasi. Namun laporan lain memperkuat bukti adanya kaitan antara kelompok jihad dan ekstremisme militan di Myanmar.

Dalam sebuah langkah terpisah, pemimpin ISIS di Bangladesh, Syaikh Abu Ibrahim al-Hanif, telah berjanji untuk meluncurkan "operasi di Burma begitu kita mencapai kemampuan untuk melakukannya".

"Warga Muslim di Burma telah ditindas oleh umat Budha musyrik untuk waktu yang lama," katanya dalam sebuah wawancara dengan Dabiq, sebuah majalah ISIS, tahun lalu.

Seorang pakar keamanan Australia memperingatkan bahwa seruan Al Qaeda dan ISIS untuk memobilisasi sumber daya di Myanmar - meski tidak mengejutkan - dapat menyebabkan aliran persenjataan berat ke tangan militan Rohingya.

"Ada sejumlah kelompok militan militan di Bangladesh. Mereka mungkin punya cara mengirimkan senjata ke kelompok Rohingya," kata Greg Fealy, pakar politik Indonesia pada Australian National University.

"Salah satu hal yang kita saksikan bulan lalu adalah perlawanan dari sejumlah warga Rohingya yang mengungsi. Serangan terhadap pos polisi, pos militer, di negara bagian Rakhine," katanya.

"Namun sebagian besar dengan menggunakan instrumen benda tajam, pedang, parang, yang seperti itu. Sangat sedikit senjata mereka, warga Rohingya yang menyerang itu. Jadi kita melihat adanya eskalasi yang cukup besar dalam konflik ini," jelasnya.

"Karena mereka komunitas yang sangat tertekan dan ada permusuhan besar terhadap apa yang terjadi pada mereka di Myanmar. Sehingga hal itu akan memperburuk situasi yang sudah serius," tambahnya.

Diterbitkan Jumat 15 September 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Australia di sini.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved