Minggu, 5 Oktober 2025
ABC World

Kasus Myanmar, Al Qaida Peringatkan Pembalasan

Intervensi Al Qaeda dalam krisis kemanusiaan di Myanmar memicu kekhawatiran baru bahwa kaum militan Rohingya mendapat dukungan dari…

Intervensi Al Qaeda dalam krisis kemanusiaan di Myanmar memicu kekhawatiran baru bahwa kaum militan Rohingya mendapat dukungan dari kelompok jihad global, termasuk ISIS.

Al Qaeda mengeluarkan sebuah pernyataan yang mendesak umat Islam di seluruh dunia untuk mengirim bantuan, senjata dan dukungan militer kepada muslim Rohingya di negara bagian mayoritas Buddha, Rakhine.

Hampir 400.000 warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh sejak akhir Agustus 2017 akibat tindakan brutal militer Myanmar. Tindakan itu disebut sebagai pembalasan atas serangan militan Rohingya di beberapa pos polisi dan sebuah pangkalan militer.

Al Qaeda memperingatkan bahwa Myanmar akan menghadapi hukuman atas "kejahatan terhadap warga Rohingya".

"Perlakuan buas tersebut ditujukan kepada saudara-saudara kita sesama muslim... tidak akan dibiarkan tanpa hukuman," kata sebuah pernyataan Al Qaida, yang dipantau kelompok SITE.

"Pemerintah Myanmar harus dibuat merasakan apa yang telah dirasakan oleh saudara muslim kita," demikian ditambahkan.

PBB mengutuk tindakan keras Myanmar terhadap Rohingya sebagai suatu pemusnahan etnis.

Namun Myanmar mengatakan pihaknya berurusan dengan kelompok teroris, yaitu Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), yang sebelumnya terkait dengan kelompok seperti ISIS.

Baca Juga:

Kisah Pemerkosaan Berkelompok dan Pembunuhan Warga Rohingya

Hubungan ARSA dan kelompok jihad

Mantan duta besar Australia untuk Myanmar, Trevor Wilson, mengatakan bahwa ARSA menunjukkan banyak atribut kelompok teroris Islam di tempat lain.

"ARSA mengumumkan hubungan dengan ISIS, menggunakan propaganda anti-otoriter yang keras, dan menunjukkan kemauan untuk menggunakan senjata ke dalam apa yang sebelumnya \'perjuangan politik tak bersenjata\'," tulisnya Wilson dalam publikasi online Asian Studies Association.

"Sifat oportunis profil mereka secara publik, dan pemanfaatan warga Rohingya biasa untuk menutupi ekstremisme mereka sendiri merupakan atribut bersama.

Wilson mengatakan pengaruh ARSA dalam ketidakstabilan di Myanmar telah menarik perhatian dari badan-badan intelijen. Dia secara khusus merujuk laporan di sebuah situs berita yang dikelola oleh wartawan Myanmar - Mizzima - yang mengatakan bahwa ISIS dan Pakistan berada di balik serangan Rohingya terhadap pasukan keamanan Myanmar.

Dikatakan, pemimpin Rohingya di balik serangan tersebut, Hafiz Tohar, telah berbicara panjang lebar dengan para ekstremis di Pakistan dan Irak dalam dua hari sebelum serangan terhadap pos keamanan Myanmar bulan lalu.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved